QUEBEC - Penolakan terhadap teks pernyataan bersama dan hinaan dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada tuan rumah Kanada, telah membuat KTT G7 berakhir dengan buruk dan menimbulkan ancaman perang dagang baru. Pernyataan yang mengandung nada hinaan itu ia buat dari pesawat kepresidenan Air Force One, hanya beberapa menit setelah rumusan bersama yang disetujui oleh para pemimpin G7 dirilis di Quebec, Kanada, Sabtu (9/6).

Trump menyampaikan kecaman soal pernyataan Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, itu lewat media sosial Twitter. Pemimpin AS itu meninggalkan pertemuan lebih awal untuk melakukan pertemuan puncak bersejarah dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, di Singapura.

"Berdasarkan pernyataan palsu Justin di konferensi persnya, dan fakta bahwa Kanada mengenakan tarif besar-besaran kepada para petani, pekerja, dan perusahaan AS, saya telah menginstruksikan perwakilan AS untuk tidak mendukung komunike, dengan tarif untuk mobil yang membanjiri pasar AS," cuit Trump.

"Selama pertemuan G7, PM Justin Trudeau dari Kanada berlaku begitu ramah, dan setelah saya pergi mengatakan dalam konferensi pers mengatakan bahwa ia tidak mau dipaksa. (Pernyataan itu) dsangat tidak jujur dan lemah," tambah Presiden AS.

Sebelumnya, Trudeau mengatakan kepada wartawan soal keputusan Trump untuk memberlakukan tarif impor baja dan aluminium dengan alasan keamanan nasional merupakan penghinaan bagi veteran perang asal Kanada yang telah menjadi sekutu AS sejak Perang Dunia I.

Trudeau mengatakan, bahwa negaranya tetap akan maju dan membalas kebijakan yang berlaku 1 Juli itu setelah AS memberlakukan kesetaraan tarif impor yang telah diterapkan AS secara tidak adil kepada Kanada.

Sementara itu kantor Trudeau mengeluarkan tanggapan singkat atas kicauan Trump di media sosial yang penuh emosi itu. "Kami fokus pada semua yang dicapai di KTT G7. Perdana Menteri mengatakan tidak ada yang belum ia sampaikan sebelumnya, baik di depan umum, dan dalam percakapan pribadi dengan Presiden," bunyi pernyataan itu.

Tanggapan atas Trudeau dan anggota G7 lainnya, hanyalah ulah Trump terbaru, yang sebelumnya telah bersitegang dengan sekutu-sekutu AS lainnya.

Kantor Kepresidenan Prancis juga bereaksi dengan mengatakan, hubungan internasional tidak dapat didikte oleh kemarahan dan komentar tanpa isi. "Hal itu mengingkari komitmen yang disepakati dalam komunike, menunjukkan inkoherensi dan inkonsistensi," katanya dalam sebuah pernyataan.

Reformasi WTO

Kemarahan itu menunjukkan, apa pun kesepakatan yang tercapai telah batal, dan ancaman Trump untuk menjatuhkan sanksi tarif impor mobil akan membuat marah sekutu-sekutu utamanya, terutama Jerman dan Kanada, yang selama ini merupakan eksportir utama ke pasar AS.

Trump mengklaim tarif impor dibutuhkan karena AS telah dieksploitasi dunia di bawah pengaturan yang ada. Namun rekan-rekannya sesama pemimpin negara bertekad untuk melindungi perdagangan internasional sesuai dengan aturan.

Pernyataan bersama yang dihasilkan dari perundingan dua hari itu, menyebut para anggota G7 akan mereformasi pengawasan multilateral melalui Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan berusaha untuk mengurangi tarif impor.

"Kami berkomitmen memodernisasi WTO, untuk secepat mungkin membuatnya lebih adil. Kami berusaha untuk mengurangi hambatan tarif, hambatan nontarif, dan subsidi," demikian bunyi pernyataan bersama G7 itu.

SB/AFP/I-1

Baca Juga: