Presiden Rusia Vladimir Putin memberlakukan peraturan untuk mengizinkan maskapai Rusia mengambil alih armada pesawatnya yang disewa oleh perusahaan Barat. Ini sebagai upaya perlawanan atas sejumlah sanksi yang dijatuhkan negara Barat terhadap Rusia.

Dilansir dari CNN Internasional, proses penyitaan tersebut dengan mengizinkan maskapai Rusia mendaftarkan pesawat-pesawat sewaan tersebut kepada otoritas lokal. Ini akan menyulitkan klaim para perusahaan pemilik karena harus mendapatkan izin dari pejabat berwenang.

"Ini merupakan bagian dari tindakan anti-sanksi pemerintah yang akan memungkinkan maskapai penerbangan Rusia mendaftarkan pesawat yang disewa dari perusahaan asing di Rusia, di mana mereka akan diberikan sertifikat kelaikan udara lokal," menurut pernyataan dari Kremlin, dikutip Jumat (18/3).

Padahal, maskapai Rusia banyak menggunakan pesawat-pesawat milik negara Barat. Adapun rata-rata pesawat yang disewakan merupakan buatan perusahaan Amerika Serikat (AS), yakni Boeing dan Airbus buatan Eropa.

Alhasil, kedua perusahaan tersebut juga memutuskan untuk berhenti mengirimkan suku cadang pesawat. Ini berdampak pada 305 armada Airbus dan 332 pesawat Boeing di Rusia yang dipertanyakan keamanan terbangnya. Jumlah tersebut merupakan 85 persen pesawat komersial yang ada di Rusia.

Karena hal tersebut, direktur pelaksana perusahaan konsultasi dirgantara AeroDynamic Advisory, Richard Aboulafia, berpandangan aturan penyitaan ini justru tidak berarti apa-apa bagi negara Barat. Menurutnya, ini justru berbahaya bagi keamanan penerbangan sipil Rusia karena menerbangkan pesawat tanpa onderdil yang tepat.

"Ini masalah nyata jika mereka kehilangan sertifikat kelaikan udara mereka, yang dapat terjadi jika catatan yang tepat tidak disimpan, atau terutama jika mereka dikanibal untuk suku cadang," ucapnya.

Selain itu, pandangan yang sama juga diutarakan analis kredit yang mencakup perusahaan penyewaan pesawat di Standard & Poor's, Betsy Snyder. Menurutnya, saat ini banyak warga Rusia yang mengurungkan niatnya untuk melakukan perjalanan udara karena krisis ekonomi pasca sanksi.

"Tidak ada yang akan masuk dan keluar dari Rusia, warga Rusia kehilangan uang mereka sehingga mereka tidak punya uang untuk bepergian ke depan. Bisa jadi (maskapai penerbangan) akan menjadi bisnis yang jauh lebih kecil," tuturnya.

Baca Juga: