JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2020 harus menggambarkan kekuatan ekonomi Indonesia, terutama terkait dengan kemampuan menghadapi gejolak perekonomian global.

"Sidang kabinet paripurna siang ini akan kita selesaikan RAPBN 2020 beserta nota keuangannya. Kita masih melihat bahwa di tahun 2020 ekonomi global masih penuh dengan ketidakpastian. Karena itu, RAPBN 2020 harus bisa menggambarkan kekuatan dan daya tahan ekonomi nasional kita dalam menghadapi gejolak eksternal yang ada," kata Presiden Jokowi saat membuka Sidang Kabinet Paripurna "RUU Beserta Nota Keuangan RAPBN 2020" di Istana Negara, Jakarta, Senin (5/8).

Selain itu, lanjut Presiden, RAPBN 2020 juga harus memperlihatkan arah politik anggaran ke depan, yaitu lebih fokus untuk investasi pembangunan sumber daya manusia (SDM) secara besar-besaran.

"Kita harapkan nanti juga arah penggunaan APBN ini sebagai instrumen utama akselerasi daya saing ekonomi negara kita, terutama daya saing di bidang ekspor dan investasi," tutur Jokowi.

Oleh karena itu, Kepala Negara meminta RAPBN 2020 dikelola secara fokus, terarah, dan tepat sasaran sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh rakyat.

"Untuk investasi SDM sudah saya singgung, ini tidak bisa ditunda-tunda lagi karena pembangunan SDM memerlukan kehadiran negara. Sebab itu, sejak mulai di kandungan, bayi sampai anak-anak kita memasuki masa emas harus betul diperhatikan, jangan sampai ada kenaikan angka stunting," jelas Jokowi.

Ekonomi Melambat

Secara terpisah, pakar ekonomi dari Universitas Brawijaya, Munawar Ismail, mengatakan meskipun kondisi ekonomi sukar diprediksi, RAPBN harus disusun secermat mungkin terutama soal pertumbuhan, karena hal itu akan berhubungan dengan banyak aspek seperti pajak, lapangan kerja, dan lain-lain.

"Jangankan pemerintah, IMF (Dana Moneter Internasional), Bank Dunia sekalipun selalu merevisi target-target mereka karena ekonomi sulit diprediksi. Tapi memang perlu lebih cermat, itu otomatis," papar dia ketika dihubungi, Senin.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2019 hanya 5,05 persen secara tahunan, atau melambat dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 5,27 persen.

"Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I sampai dengan kuartal II-2019 dibandingkan kuartai I sampai dengan kuartal II- 2018 tumbuh 5,06 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Senin.

Dia menambahkan secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi tiga bulan kedua tahun ini cuma 4,2 persen. Namun, itu pun masih membaik jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019 yang secara kuartalan turun 0,52 persen.

"Angka pertumbuhan q-to-q (quarter-to-quarter) atau kuartalan akan dipengaruh oleh faktor musiman, seperti Ramadan, Lebaran, dan pergeseran musim panen," papar Suhariyanto.fdl/SB/WP

Baca Juga: