JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk meningkatkan adaptasi teknologi agar observasi, analisis, prediksi, peringatan dini yang disampaikan dapat lebih cepat dan akurat.

"Tingkatkan adaptasi teknologi untuk observasi, analisis, prediksi, dan peringatan dini secara lebih cepat dan akurat," kata Presiden Jokowi secara virtual dalam Rapat Koordinasi dan Pembangunan Nasional (Rakorbangnas) BMKG yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (29/7).

Presiden Jokowi mendorong BMKG untuk terus memberikan layanan yang disertai inovasi-inovasi yang sesuai dengan perkembangan teknologi terbaru. Semua ini diperlukan agar lebih mampu meminimalkan risiko yang harus dihadapi.

Peringatan yang dikeluarkan BMKG, kata Presiden Jokowi, juga harus menjadi rujukan pengambilan keputusan jajaran pemerintah di berbagai sektor. "Informasi BMKG, seperti kekeringan, cuaca ekstrem, gempa, dan kualitas udara harus jadi perhatian dan acuan berbagai sektor dalam menyusun kebijakan," katanya.

Rujukan Informasi

BMKG, kata Presiden, harus mampu memberikan layanan yang akurat dan dapat diperoleh dengan cepat dan mudah sehingga jajaran pemerintah pusat dan daerah dapat mengambil rujukan informasi dari BMKG untuk merencanakan kebijakan dan pembangunan.

"Kebijakan nasional dan daerah harus sensitif dan antisipatif terhadap kerawanan bencana," katanya.

Presiden Jokowi menjelaskan Indonesia memiliki risiko bencana geohidrometeorologi yang tinggi. Jumlah bencana juga meningkat signifikan setiap tahun. Bencana gempa bumi dari level intensitas 5.000-6.000 kali setiap tahun dalam periode 2008-2016 telah meningkat menjadi 7.196 kali pada 2017 dan 11.500 kali pada 2019.

"Cuaca ekstrem dan siklon tropis juga meningkat frekuensi, durasi dan intensitasnya. Periode ulang terjadinya El Nino atau La Nina, pada 1981-2020 cenderung semakin cepat yakni per 2-3 tahunan, dibandingkan periode 1950-1980 yang berkisar per 5-7 tahunan," demikian Presiden Jokowi.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan sejumlah inovasi teknologi dikembangkan guna mewujudkan upaya evakuasi zero victim atau nihil korban jiwa dalam menghadapi bencana geohidrometeorologi. Hal ini diperlukan guna mencegah korban jiwa dan kerusakan akibat semakin kompleks, dinamis dan ekstremnya fenomena cuaca iklim dan tektonik di Indonesia.

"Adapun inovasi yang telah dan sedang kami lakukan, antara lain modernisasi teknologi, sistem dan peralatan observasi, dan processing data cuaca maritim, cuaca penerbangan, cuaca publik dan iklim yang terintegrasi dalam single platform," ujar Dwikorita. n ags/N-3

Baca Juga: