Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menuai kritik bahkan dari anggota parlemen partainya sendiri usai ketahuan mengumpat setelah bercakap singkat dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.

Yoon kedapatan mengumpat di depan pengeras suara saat dia meninggalkan Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, pada Rabu (21/9).

"Memalukan… jika bajingan-bajingan ini tak mau menyetujuinya di parlemen," ujar Yoon kepada Menteri Luar Negeri Park Jin dalam sebuah video yang disiarkan stasiun-stasiun TV Korsel dan menjadi viral di media sosial.

Akibat umpatannya, para anggota parlemen oposisi menilai Yoon telah mempermalukan Korea Selatan. Mereka juga menuduh umpatan Yoon ditujukan kepada Biden karena media awalnya mengutip Yoon bahwa Biden akan dipermalukan jika Kongres AS tidak mengesahkan rancangan undang-undang terkait pendanaan sebuah prakarsa global.

Sementara sekretaris pers Yoon, Kim Eun-hye, menolak tuduhan itu. Dia mengatakan bahwa Yoon merujuk ke parlemen Korsel tanpa menyebut Biden.

Mengutip Reuters, tak hanya bagi oposisi, komentar Yoon yang kasar juga menuai kecaman dari rekan-rekan partainya sendiri di parlemen. Ketua fraksi bahkan menyebut komentar Yoon "sangat disesalkan".

Para pejabat negeri Ginseng itu sebelumnya berharap kunjungan sang Presiden akan menjadi kesempatan bagi Korea Selatan untuk menunjukkan visi tentang "situasi global sangat penting", mencegah uji senjata Korea Utara dan mengatasi berbagai masalah penting lainnya, termasuk soal subsidi AS bagi kendaraan listrik (EV).

Tak hanya masalah komentarnya, Yoon juga dikritik karena batal memberikan penghormatan terakhir kepada Ratu Elizabeth di London lantaran terjebak macet.

Mereka juga mengkritik Yoon karena batal melangsungkan pertemuan dengan Biden yang sebelumnya berencana melakukan pembicaraan informal di New York. Namun, rencana pertemuan itu berakhir dengan percakapan singkat 48 detik di acara Global Fund.

Kantor Yoon mengatakan bahwa itu adalah "Rencana B" karena ada perubahan jadwal dari pihak Biden, dan bahwa mereka juga bertemu di London ketika Yoon mengangkat isu subsidi EV.

Reuters melaporkan kontroversi diplomatik bisa menambah kesulitan bagi Yoon untuk meraih dukungan dari oposisi, yang menguasai suara mayoritas di parlemen, untuk mengesahkan undang-undang atau mendukung kebijakannya. Pasalnya, tingkat dukungan bagi Yoon turun ke angka 28 persen dari 33 persen pekan lalu dalam sebuah survei yang dirilis oleh Gallup pada Jumat.

Baca Juga: