QUITO - Presiden Ekuador Daniel Noboa, Rabu (10/1), mengatakan negaranya berada dalam "keadaan perang" melawan kartel narkoba yang melakukan penculikan dan penyerangan mematikan sebagai respons terhadap tindakan keras pemerintah.

Ratusan tentara berpatroli di jalan-jalan yang hampir sepi di ibu kota Ekuador, warga dicekam ketakutan karena gelombang kekerasan yang memicu kekhawatiran di luar negeri.

Negara kecil di Amerika Selatan ini telah terjerumus ke dalam krisis bertahun-tahun akibat meningkatnya kontrol oleh kartel transnasional yang menggunakan pelabuhannya untuk mengirim kokain ke Amerika Serikat dan Eropa.

Krisis terbaru terjadi ketika pada Senin salah satu bos narkotika paling berkuasa di negara itu, Jose Adolfo Macias alias Fito, kabur dari penjara.

Noboa memberlakukan keadaan darurat dan jam malam, dan geng-geng tersebut membalas dengan deklarasi perang, mengancam akan mengeksekusi warga sipil dan pasukan keamanan.

Negara ini telah mengalami kerusuhan di penjara, ledakan, dan serangan bersenjata yang menewaskan sedikitnya 10 orang.

Lebih dari 100 penjaga penjara dan staf administrasi disandera, kata otoritas penjara SNAI.

Di kota pelabuhan Guayaquil, para penyerang yang mengenakan balaclava, melepaskan tembakan menyerbu sebuah stasiun TV milik negara pada Selasa, menyandera beberapa jurnalis dan anggota staf dalam adegan dramatis yang disiarkan langsung sebelum polisi tiba.

Media lokal melaporkan beberapa penyerang berusia 16 tahun.

"Ada ketakutan, Anda harus berhati-hati, melihat ke sana-sini, jika Anda naik bus ini, apa yang akan terjadi," kata seorang wanita berusia 68 tahun kepada AFP di Quito, yang "ketakutan." "

Kita Tak Bisa Menyerah

Setelah penyerangan terhadap stasiun televisi, Noboa, yang baru menjabat kurang dari dua bulan, memberi peintah untuk menetralisir geng-geng kriminal.

"Kita berada dalam keadaan perang dan kita tidak bisa menyerah pada kelompok-kelompok teroris ini," kata Noboa kepada radio Canela pada Rabu. Ia berjanji untuk "menghadapi tanpa henti" lebih dari 20.000 anggota "organisasi teroris."

"Pemerintah ini mengambil tindakan yang diperlukan yang dalam beberapa tahun terakhir tidak ingin dilakukan oleh siapa pun. Dan itu memerlukan bola sebesar telur burung unta," katanya.

Noboa mengatakan, dia menargetkan 22 kelompok kriminal, yang paling kuat adalah Los Choneros, Los Lobos dan Tiguerones.

Pada Selasa, para pejabat mengatakan bos narkotika lainnya - pemimpin Los Lobos Fabricio Colon Pico - juga melarikan diri setelah penangkapannya Jumat lalu karena dugaan keterlibatan dalam rencana pembunuhan jaksa agung Ekuador.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sangat khawatir dengan memburuknya situasi di negara ini serta dampaknya terhadap kehidupan warga Ekuador," kata juru bicaranya Stephane Dujarric.

Brian Nichols, diplomat utama AS untuk Amerika Latin, mengatakan Washington "sangat prihatin" dengan kekerasan dan penculikan tersebut, dan berjanji akan memberikan bantuan dan "tetap berhubungan erat" dengan tim Noboa.

Kedutaan Besar dan Konsulat Tiongkok di Ekuador mengumumkan pada Rabu, layanan kepada masyarakat ditangguhkan. Prancis dan Rusia sama-sama menyarankan warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Ekuador.

Peru menetapkan perbatasannya dengan Ekuador dalam keadaan darurat dan mengirimkan 500 polisi dan tentara tambahan untuk mengamankan perbatasan.

Tentara Kolombia juga mengumumkan peningkatan keamanan di perbatasan negaranya.

Baca Juga: