Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berkomunikasi melalui telepon kepada pemimpin negara-negara Eropa yang menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Senin (21/3). Ini untuk membahas langkah bersama negara-negara terkait penyerangan Rusia ke Ukraina yang sudah berlangsung sejak 24 Februari lalu.

Adapun pemimpin sejumlah negara yang dihubungi Biden, seperti Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, Perdana Menteri Italia Mario Draghi, dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Pihak Gedung Putih menyebut komunikasi Biden dengan para pemimpin negara tersebut berlangsung selama satu jam.

Dalam forum tersebut, AS maupun negara-negara tersebut sepakat menyebut aksi Rusia ke Ukraina sudah semakin brutal. Ini setelah Moskow terlihat tak segan menyerang warga sipil di Ukraina.

"Mereka menggarisbawahi dukungan berkelanjutan mereka untuk Ukraina, termasuk dengan memberikan bantuan keamanan kepada warga Ukraina pemberani yang membela negara mereka dari agresi Rusia, dan bantuan kemanusiaan kepada jutaan warga Ukraina yang telah melarikan diri," kata Gedung Putih seperti dilaporkan Channel News Asia (CNA), dikutip Selasa (22/3).

Sebagai informasi, Biden akan melakukan penerbangan ke Brussels, Belgia, pada Rabu mendatang untuk hadir dalam KTT NATO. Forum ini akan membahas berbagai strategi yang bisa dilakukan aliansi pertahanan yang dipimpinnya terkait penyerangan yang dilakukan Rusia di Ukraina.

Kemudian, Biden juga dijadwalkan ke Polandia dan bertemu Presiden Andrzej Duda pada Jumat mendatang. Seperti diketahui, Polandia sendiri merupakan garis terdepan negara-negara Barat dengan zona perang di Ukraina.

"Persatuan dengan rekan-rekan kami di Eropa, persatuan di antara NATO, persatuan di antara G7. Dan itu tidak terjadi secara kebetulan. Jadi, dari sini apa yang diharapkan presiden untuk dicapai adalah koordinasi yang berkelanjutan dan tanggapan terpadu terhadap eskalasi yang berkelanjutan terhadap tindakan Presiden Rusia Vladimir Putin," tutur Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki.

Sebelumnya, Rusia melancarkan invasi ke Ukraina sejak 24 Februari lalu. Artinya, serangan Rusia terhadap Ukraina sudah berjalan hampir satu bulan.

Sejauh ini, AS dan negara Barat juga telah menjatuhkan berbagai sanksi untuk Rusia. Ini sebagai bentuk tidak setuju atas serangan yang dilakukan Rusia di Ukraina.

Kabar terbaru, Komisi Tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Hak Asasi Manusia (HAM) mengungkapkan 925 orang tewas akibat serangan Rusia ke Ukraina. Ini berdasarkan data terbaru per Senin (21/3).

Data terbaru tersebut dilakukan melalui perhitungan dari awal Rusia melancarkan invasi di Ukraina pada 24 Februari hingga 20 Maret. Dari total jumlah korban tewas tersebut, 39 orang merupakan anak-anak.

"Sebagian besar korban sipil yang tercatat disebabkan oleh penggunaan senjata peledak dengan area dampak yang luas," tulis Komisaris Tinggi PBB untuk HAM, dikutip CNBC International, Selasa (22/3).

"Termasuk penembakan dari artileri berat dan sistem roket multi-peluncuran, serta serangan rudal dan udara," tambahnya.

PBB juga mencatat warga yang mengalami luka-luka akibat invasi Rusia di Ukraina mencapai 1.496 orang. Namun, korban tewas dan luka diyakini lebih banyak dari jumlah total tersebut lantaran tak sedikit laporan yang tertunda.

Baca Juga: