Indonesia memang bukan termasuk negara dengan jejak karbon terbesar, namun negara ini berada di wilayah terdampak perubahan iklim paling besar. Hal ini diperparah dengan pembangunan infrastuktur besar-besaran, pembabatan hutan, dan penggunaan air tanah yang tak terkendali.

Tak heran, jika faktor-faktor tersebut ternyata malah membuat kondisi lingkungan di Indonesia, khususnya di Jakarta semakin buruk. Jika dibiarkan terus menerus akan timbul banyak ancaman yang menyebabkan kota ini tak bisa lagi ditinggali.

  1. Jakarta Tenggelam

Isu tentang Jakarta tenggelam bukan hanya isapan jempol. Hal ini dapat terlihat di wilayah Muara Baru yang kini sudah berada 1 meter di bawah permukaan laut. Lokasi ini bahkan diprediksi akan menjadi laut lepas dengan kedalaman 4,6 meter di tahun 2050, jika pemerintah tak segera turun tangan.

Jakarta Pusat dan Jakarta Utara menjadi wilayah paling rentan tenggelam di Asia Tenggara. Dua wilayah ini juga paling cepat mengalami kebanjiran di Jakarta, akibat curah hujan yang tinggi dan pasang air laut.

Selain karena dua hal tersebut, tenggelamnya Jakarta juga akan terjadi karena penurunan tanah yang terjadi secara siginifikan.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) masalah penurunan muka tanah ini telah terjadi selama 50 tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh tekanan lingkungan dan pembangunan perkotaan yang masif.

Selain itu, penggunaan air tanah yang berlebihan juga menyebabkan kondisi tanah menurun. Untuk itu, salah satu Langkah terkecil agar dapat membantu menyelamatkan Jakarta dari tenggelam adalah dengan menggunakan air seperlunya.

  1. Suhu Semakin Panas

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, suhu udara di Jakarta telah mengalami peningkatan hingga 1,5 derajat celcius dalam waktu 100 tahun terakhir. Hal ini terjadi lebih cepat dari perkiraan. Seharusnya, kenaikan suhu diramalkan terjadi pada 2030 nanti.

Dilansir dari Greeners, hal ini terjadi karena upaya mitigasi iklim yang selama ini dilakukan tidak berhasil. Jakarta memiliki target penurunan emisi karbon hingga 30%, namun hal ini tidak ditanggapi dengan aksi yang serius oleh pemerintah.

Jika hal ini terus dibiarkan, kenaikan suhu yang terjadi di Jakarta bisa menyentuh angka 2,7 derajat Celcius. Tak hanya itu, kenaikan suhu ini juga akan berimbas pada curah hujan ekstrem yang akan meningkat di Jakarta. Hujan yang tak terkendali, akan berimbas pada terjadinya bencana banjir di seluruh wilayah Jakarta.

  1. Tsunami Raksasa

Ancaman kali ini berasal dari wilayah laut selatan pulau Jawa. Wilayah ini diduga menyimpan ancaman bencana gempa yang besar, kekuatannya melebihi 8 magnitudo.

Menurut penelitian yang dilakukan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), ancaman gempanya dapat mencapai 8,7 SR dan mengakibatkan tsunami raksasa bagi wilayah yang rendah dari laut.

Berdasarkan data yang dihimpun Global Navigation Satellite System (GNSS) Institut Teknologi Bandung (ITB), terdapat akumulasi energi yang terdapat di Selat Sunda hingga pesisi selatan pulau Jawa.

Jika terjadi tsunami, maka wilayah Jakarta yang akan terkena dampaknya adalah wilayah Pluit, Ancol, Gunung Sahari, Kota Tua hingga Gajah Mada. Tidak menutup kemungkinan, imbasnya hingga ke Istana Negara.

  1. Kualitas Udara Memburuk

Ancaman paling dekat, yang tanpa disadari merusak tubuh kita secara perlahan adalah masalah kualitas udara. Dalam laporan yang diterbitkan Greenpeace Indonesia, Indeks Status Mutu (ISM) udara di Jakarta sebesar 0,20.

Jumlah tersebut sangat tinggi jika diukur dari standar yang diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 2010. PermenLH tersebut menyatakan, jika ISM lebih dari 0,1 maka status mutu udara kota tersebut dianggap tercemar.

Greenpeace Indonesia juga menyebut, polutan yang paling banyak tersebar di udara adalah PM 2,5 dan O3 atau ozon. PM 2,5 dapat berasal dari asap kendaraan, pembakaran batu bara dan pembakaran terbuka.

Kualitas udara yang buruk dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan, seperti batuk, flu, bersin, sakit kepala, dan sejumlah iritasi pada mata, hidung, tenggorokan, juga kulit. Dalam kasus yang lebih parah, polusi udara dapat menyebabkan kelelahan, sesak napas, alergi dan nasal drip.

Baca Juga: