Bantuan sosial itu tidak mungkin ditanggung oleh pemerintah sendiri. Namun gotong-royong bersama masyarakat dan sejumlah instansi lainnya.

YOGYAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan Presiden Joko Widodo telah memutuskan memperpanjang penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat hingga akhir Juli 2021.

"Tadi Rapat Kabinet terbatas yang saya ikuti waktu saya di Sukoharjo (Jateng) sudah diputuskan Bapak Presiden dilanjutkan sampai akhir Juli PPKM ini," kata Muhadjir ditemui saat mengunjungi Hotel University Club UGM yang dijadikan shelter pasien Covid-19 di Yogyakarta, Jumat.

Presiden Jokowi, kata Muhadjir, juga menyampaikan bahwa keputusan memperpanjang PPKM Darurat ini memiliki banyak risiko, termasuk bagaimana menyeimbangkan antara mendisiplinkan warga menaati protokol kesehatan sesuai standar PPKM dengan penyaluran bantuan sosial.

Bantuan sosial, ujar dia, tidak mungkin ditanggung oleh pemerintah sendiri. Namun gotong-royong bersama masyarakat dan sejumlah instansi lainnya juga diperlukan dalam menghadapi pandemik ini.

"Bansos ini tidak mungkin ditanggung pemerintah sendiri sehingga gotong royong masyarakat, termasuk civitas academica UGM ini di bawah pimpinan pak rektor membantu mereka-mereka yang kurang beruntung akibat kebijakan PPKM ini," kata dia.

Sedekah masker, kata dia, juga perlu menjadi perhatian mengingat tidak sedikit warga yang menganggap masker sebagai barang yang mahal.

Ia menuturkan apa pun istilah yang digunakan, baik PPKM darurat atau PPKM super darurat, selama masyarakat tidak mau kompromi menahan diri melanggar prokes maka penanganan Covid-19 tidak akan berhasil. "Jika tidak menyadari bahwa prokes adalah menjadi yang utama, penanganan Covid-19 ya tidak berhasil," ujarnya.

Potensi Memadai

Pada kesempatan tersebut, Muhadjir juga menilai bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki potensi yang memadai untuk menangani lonjakan kasus Covid-19.

"Mestinya DIY ini jauh lebih baik menangani kenaikan kasus Covid-19 yang sangat eksponensial ini karena secara potensi sangat besar," kata Muhadjir .

Salah satu potensi besar yang dimiliki DIY, menurut Muhadjir, adalah banyaknya perguruan tinggi yang bisa diandalkan mendukung penanganan Covid-19. Berikutnya adalah warganya yang dinilai memiliki insiatif dan memiliki semangat gotong royong mendukung pemerintah menangani Covid-19. "Keguyuban masyarakatnya yang jauh-jauh menginisiasi adanya shelter, kemudian ketiga kemampuan masyarakatnya untuk guyub rukun bersama pemerintah," kata dia.

Kemampuan kampus ikut menangani Covid-19 di DIY antara lain dibuktikan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) yang memiliki pengalaman menangani bencana di DIY termasuk erupsi Gunung Merapi. "UGM sangat punya andil, tinggal mengonversi pengalaman itu dalam menangani wabah Covid-19," kata dia.

Hingga saat ini UGM telah membuka delapan fasilitas shelter penanganan Covid-19 di DIY yang dapat menampung hingga 1.226 orang.

Menurut Muhadjir, shelter seperti yang telah disiapkan UGM memiliki fungsi timbal balik untuk menyeleksi pasien bergejala ringan sebelum dirujuk ke rumah sakit, sekaligus untuk menampung pasien observasi yang telah menerima penanganan di rumah sakit sebelum benar-benar dinyatakan sembuh.

"Semakin banyak shelter akan semakin meringankan beban rumah sakit. Rumah sakit hendaknya menjadi tumpuan terakhir, bukan semua langsung dibawa ke rumah sakit," kata dia.

Muhadjir berharap shelter semacam itu dapat dibangun di daerah-daerah lainnya untuk mendukung upaya penanganan pasien Covid-19.

n YK/Ant

Baca Juga: