YOGYAKARTA - Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas mengaku khawatir dengan minat generasi muda Muhammadiyah yang lebih tertarik bicara politik ketimbang bicara soal perekonomian.

Dalam seminar nasional secara daring bertajuk Strategi dan Penguatan Kewirausahaan Melalui Digital Marketing Era New Normal, Sabtu (2/10) menyebut pada masa ini yang diperlukan justru adalah generasi muda yang mampu menjadi enterpreneur atau wirausaha muda.

"Kita ini mayoritas muslim tapi kita tidak menjadi penentu. Dari elit strategis tidak ada umat Islam, 10 orang terkaya hanya Chairul Tanjung, dari 50 orang hanya 5 sampai 6 orang yang Muslim," ungkapnya dalam acara yang diselenggarakan Pemuda Muhammadiyah Bali dan Kemenko PMK dikutip dari rilis PP Muhammadiyah, Senin (4/10).

Jiwa wirausaha yang mulai redup ditekankan Anwar untuk dinyalakan kembali oleh kader muda Muhammadiyah. Apalagi wirausaha adalah identitas para penggerak Muhammadiyah di sepanjang masanya.

"Sampai hari ini kita memang sudah berperan, dan Muhammadiyah dahulu unggul dalam semua lini, sekarang tidak lagi unggul di semua lini, bukan berarti tidak maju, tapi gerak orang lain lebih cepat dari Muhammadiyah," tuturnya.

Anwar Abbas lebih lanjut mengaku merasa ironis melihat Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, tetapi justru memiliki jumlah pengusaha muslim yang sangat sedikit. Keadaan ini menurutnya berdampak pada berbagai kebijakan publik.

"Menurut Noam Chomsky, penentu sebuah negeri bukan politisi, birokrat, tentara, atau polisi, tapi pemilik kapital atau pemilik sumberdaya," kutipnya.

Karena itu, Anwar mendorong kader-kader muda Muhammadiyah menekuni kegiatan wirausaha dan para pimpinan yang berhasil agar membimbing mereka menjadi wirausahawan sukses.

"Bagaimana Muhammadiyah bisa menempatkan kader-kadernya di berbagai lini. Titik lemahnya yang tidak dikuasai adalah elit strategis pengusaha," pungkas Anwar.

Baca Juga: