Setelah selesai mengunjungi Gili Labak yang menenangkan itu, jangan buru-buru pulang. Kabupaten Sumenep memiliki sejarah masa lalu yang bisa dilihat dari Museum Keraton Sumenep yang merupakan bekas kadipaten atau kerajaan kecil. Di museum ini tinggal adipati dan juga raja di masa lalu.

Setelah selesai mengunjungi Gili Labak yang menenangkan itu, jangan buru-buru pulang. Kabupaten Sumenep memiliki sejarah masa lalu yang bisa dilihat dari Museum Keraton Sumenep yang merupakan bekas kadipaten atau kerajaan kecil. Di museum ini tinggal adipati dan juga raja di masa lalu.

Museum Keraton Sumenep berada seratus meter di sebelah timur Taman Adipura. Tempat ini dulunya adalah istana kerajaan kecil atau setingkat kadipaten. Sampai sekarang banyak yang menyebut keraton itu dengan nama Potre Koneng artinya Putri Kuning.

Julukan Potre Koneng merujuk pada sosok permaisuri keraton, Ratu Ayu Tirtonegoro. permaisuri yang berasal dari Tiongkok itu memiliki kulit kuning bersih. Pemilihan warna kuning cerah pada Keraton Sumenep tidak lain untuk menghormati sang permaisuri.

Sumenep dalam sejarahnya adalah bagian dari kekuasaan kerajaan lain. Pada masa kerajaan besar di Nusantara berkuasa, wilayah Sumenep dipaksa untuk membayar upeti kepada kerajaan-kerajaan besar seperti Singhasari, Majapahit, dan Kesultanan Mataram. Hal ini berlanjut pada masa VOC.

Warisan Keraton Sumenep saat ini merupakan warisan budaya Sumenep dari masa lampau yang masih ada. Dialihfungsikannya menjadi sebuah museum yang bebas dikunjungi untuk menjaga warisan itu dan mengenalkannya kepada masyarakat. Bekas bangunan keraton dan berbagai koleksi yang ada merupakan bagian tidak terpisahkan dari kerajaan di masa lampau.

Dari sejarahnya, istana Potre Koneng dibangun pada 1762 di masa pemerintahan Tumenggung Arya Nata Kusumo I. Bangunannya terdiri dari Gerbang, Pendopo, Istana, Istana tua, dan Taman Sare. Bangunan Gerbang terletak di sisi kiri istana. Bangunannya bergaya Eropa dengan sebutan Gerbang Mesem atau Gerbang Tersenyum, karena menyerupai wajah orang tersenyum.

Pendopo atau aula pertemuan berada di tengah kompleks istana yang digunakan untuk mengadakan pertemuan. Bangunannya cukup sederhana namun unik yang dilengkapi dengan gaya arsitektur yang indah. Bangunan yang menghubungkan pendopo ke istana disebut Mandiyoso.

Jarak Pendopo ke Istana Mandiyoso sekitar 25 meter. Istana Sumenep terdiri dari dua lantai. Lantai pertama memiliki empat kamar. Dua di antaranya di sisi kanan dan yang lainnya di sebelah kiri. Lantai dua adalah tempat untuk menjaga para putri saat mereka akan menikah.

Di sisi kanan istana ada juga bangunan tua bernama Kantor Koneng. Di masa lalu, itu adalah istana Bindoro Saod sebelum dia menyerahkan penggantinya. Sekarang, difungsikan untuk menyimpan banyak jenis senjata lama yang digunakan sejak lama, alat upacara tradisional kuno, gelang tua dan cincin orang dalam waktu lama dan yang lainnya.

Di bagian belakang Kantor Koneng ada sebuah bangunan yang berfungsi sebagai museum. Ini digunakan untuk menyimpan sisa-sisa Istana Kerajaan Sumenep, seragam raja, beberapa kursi tua dan tempat tidur, dan yang baru adalah kerangka elang yang ditemukan di pantai Kalianget pada 1977.

Di sisi kiri Pendopo adalah Taman Sare. Yang unik dari tempat ini berupa taman dengan kolam renang kecil dimana airnya keluar dari pangkalan. Dahulu kala taman itu digunakan khusus untuk para putri adipati untuk mandi.

Selain pendopo dan istana banyak hal-hal menarik yang tentunya berhubungan dengan sejarah yang bisa dilihat di museum. Di tempat ini masih dapat dilihat kereta keraton yang dibuat pada abad ke 18. Lainnya dalam keramik dari Dinasti Ming.

Ada juga naskah kuno, peralatan pertanian dan nelayan kuno, prasasti, arca. Koleksi koleksi ragam senjata yang ada seperti keris, tombak, pedang, dan meriam. Ada juga peralatan rumah tangga kerajaan, serta peralatan pribadi anggota kerajaan.

Selain itu yang lebih menakjubkan di museum ini anda bisa menyaksikan Al-Quran yang berukuran raksasa (4x3 meter) dengan berat 500 kilogram. Kitab suci itu dibuat oleh seorang perempuan bernama Yanti yang berasal dari Desa Blunto, dan dikerjakan selama 6 bulan.

Ada lagi barang unik museum yang ada di sini yaitu berupa piring ajaib yang dikenal dengan namamagic rower. Piring nasi tersebut konon kabarnya memiliki kekuatan magis dimana nasi yang dihidangkan di atasnya tidak akan basi walaupun sudah satu minggu.

Piring ajaib itu itu merupakan tempat nasi berbentuk oval dengan gambar Raja Sampang Condronegoro (1830). Piring ini merupakan hadiah bagi raja Sumenep ke-32 yaitu Sultan Abdurrahman Pakunataningrat (1811-1854). hay/I-1

Baca Juga: