Tak dipungkiri khasiat temulawak tanah air telah diakui khasiatnya oleh seluruh masyarakat Indonesia, terutama untuk penambah makan. Tapi siapa sangka bahwa Curcuma xanthorrhiza nama lain dari temulawak juga dicari oleh sejumlah negara.

Belum lama ini PT SOHO Global Health telah mengirim temulawak yang mereka produksi ke Brunei, Cambodia, Cameroon, Mauritius, Mongolia, Myanmar, Philippine, Sri Lanka, Timor Leste, dan Vietnam.

"Manfaat temulawak telah terbukti secara turun temurun dan terpublikasi di berbagai jurnal ilmiah. Temulawak yang SOHO Industri Pharmasi (SIP) gunakan merupakan temulawak organik yang dikembangkan di kebun riset kami dengan konsep Seed to patient dan berkolaborasi secara ABGC (Academic, Business, Goverment, Community)," kata Presiden Komisaris PT SOHO Global Health, Eng Liang Tan, saat upacara Pelepasan Ekspor Terakhir tahun 2019 SIP di Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur.

Pada kesempatan itu ada 49,187 box produk berbahan dasar Temulawak yang diekspor ke tujuan negara Cambodia. Langkah ini juga didukung oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), Penny K. Lukito, menuturkan salah satu kunci untuk dapat mewujudkan kemandirian obat dalam negeri, industri harus dapat memenuhi standar kualitas secara konsisten agar produknya dapat diterima oleh negara tujuan ekspor, "karena itu Badan POM sangat mengapresiasi keberhasilan SIP mengekspor produk-produk berbahan dasar Temulawak ke berbagai negara," kata Penny.

Pemerintah memberikan prioritas untuk mendorong pengembangan produk-produk fitofarmaka atau obat herbal yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah. Selain untuk mengimbangi produk obat berbahan kimia, fitofarmaka memiliki potensi ekspor cukup besar.

"Pengembangan produk fitofarmaka akan memberikan devisa pada pemerintah Indonesia, menyejahterakan masyarakat, dan menjadi suatu kebanggaan. Kami selalu mendampingi, memfasilitasi, dan memberikan prioritas untuk industri-industri yang berinovasi," jelas Penny.

"Ekspor ini adalah hasil kerja tangan dan kreativitas banyak pihak. Kami mendorong terus SOHO untuk terus berkreasi dan berinovasi, khususnya untuk produk berbahan dasar temulawak ini. Kita punya potensi sumber daya keanekaragaman hayati, sehingga ini adalah kesempatan yang baik sekali. Saya bangga SOHO sudah mengglobal dan itu artinya bendera Indonesia," sambungnya.

Memperkuat Bahan Baku Obat Lokal

Untuk menembus pasar ekspor, kata Penny, Indonesia sangat membutuhkan ikhtiar besar yang melibatkan seluruh lintas sektor terkait peningkatan kemandirian industri farmasi sesuai amanat Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.

Produk temulawak yang diproduksi SIP mengunakan temulawak organik yang dikembangkan di kebun riset kami, SOHO Center of Excellence in Herbal Research (SCEHR) Sukabumi dengan konsep Seed to patient dan berkolaborasi secara ABGC (Academic, Business, Goverment, Community). "Kami berharap dapat memotivasi semua pihak untuk berkontribusi lebih baik lagi dalam hal ekspor dan memperluas jangkauan produk," ujar Eng Liang Tan.

Sementara itu, menurut Vice President Research and Development and Regulatory SIP Raphael Aswin, tahun depan, SOHO akan menggarap ekspor untuk lima negara baru dengan harapan mencapai nilai sekitar Rp 100 miliar. "Tahun 2023, kami rencanakan tembus Eropa dan Amerika Serikat, terkait proyek supercurcuma yang ditargetkan menjadi produk global dan bisa dijual di seluruh dunia," ujarnya.

Kemudian ia juga menjelaskan bahwa pihaknya juga telah mengembangkan tanaman subtropis Echinacea di lahan Sukabumi. Selama ini, Echinacea sebagai salah satu bahan baku masih diimpor dari negara lain. "Ke depan, jika produksi makin banyak, kami harus kurangi impor itu. Kami akan perbanyak Echinacea yang umumnya tumbuh di dataran 800 m dpl, udaranya harus dingin," tandasnya.

Baca Juga: