Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa ekstrak biji alpukat memiliki sifat anti-inflamasi (antiperadangan). Biji alpukat dapat menjadi sumber potensial untuk senyawa anti-inflamasi baru yang dapat dikembangkan, baik sebagai bahan makanan fungsional atau obat-obatan.

Joshua Lambert, peneliti yang terlibat dalam riset ini mengatakan, para para peneliti mengembangkan ekstrak dari biji buah alpukat ini selama dekade terakhir sebagai pewarna makanan. Mereka kemudian tertarik dengan senyawa yang bertanggung jawab pada warga orange yang memainkan peran untuk menghambat produksi mediator pro-inflamasi.

Untuk menentukan sifat anti-inflamasi dari ekstrak biji alpukat, para peneliti menggunakan model kultur sel dan enzim yang penting dalam respon imun dan penyakit radang. Kelas sel kekebalan yang disebut makrofag ditanam dalam cawan petri dan diaktifkan dengan rangsangan proinflamasi di hadapan atau tidak adanya ekstrak biji alpukat.

Para peneliti mengukur produksi mediator pro-inflamasi yang penting dan jalur pensinyalan dalam sel setelah pengobatan dengan ekstrak biji alpukat. "Langkah selanjutnya, sebelum kita dapat menarik kesimpulan lebih lanjut tentang aktivitas anti-inflamasi dari ekstrak biji alpukat ini, akan merancang studi dengan model hewan," kata Lambert, co-direktur Pusat Penn State untuk Tanaman dan Makanan Jamur untuk Kesehatan.

"Sebagai contoh, kita dapat melihat model tikus dari ulcerative colitis di mana kita merumuskan ekstrak biji alpukat ke dalam makanan tikus dan melihat apakah ia mampu mengurangi peradangan," tambah Lambert. Lambert percaya penelitian ini menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut karena temuan mereka ini mampu memberikan bukti bahwa ada senyawa bioaktif dalam biji alpukat yang memiliki aktivitas anti-inflamasi.

"Tingkat aktivitas yang kita lihat dari ekstrak sangat bagus," katanya. "Kami melihat aktivitas penghambatan pada konsentrasi dalam kisaran mikrogram per mililiter rendah, yang merupakan jumlah aktivitas yang dapat diterima untuk membenarkan studi lebih lanjut," tambah Lambert.

Penemuan ini bisa menjadi penting karena kanker, penyakit kardiovaskular, radang sendi, radang usus besar dan banyak kondisi serius lainnya terkait dengan peradangan kronis, jelas Lambert. Lambert menunjukkan bahwa temuan ini sangat menggembirakan karena biji alpukat saat ini sia-sia. "Jika kita dapat memberikan nilai tambah kepada petani alpukat atau pengolah alpukat, dan itu akan bermanfaat," katanya.

Lambert menambahkan, jika kita dapat mengurangi jumlah bahan yang dibuang di tempat pembuangan sampah, itu akan menjadi hal yang baik, mengingat konsumsi alpukat cukup tinggi.

"Ini menggembirakan karena ada pasar untuk sumber senyawa bioaktif bernilai tinggi lainnya. kami telah menguji di lab, seperti kakao dan teh hijau - sedangkan biji alpukat pada dasarnya dianggap sampah," terang Lambert.

nik/berbagai sumber/E-6

Baca Juga: