JAKARTA - Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim Sarwono Kusumaatmadja mengingatkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam langkah mitigasi perubahan iklimblue carbon atau "karbon biru."

Secara khusus Sarwono menyebutwilayah Indonesia masuk kawasan Coral Triangle atau segitiga terumbu karang dunia. Ini membuat Indonesia kaya keanekaragaman hayati dan ekosistem. Misalnya, ekosistem bakau dan padang lamun yang mampu menyerap karbon.

"Kita punya resource base yang sangat-sangat kaya di dalam karbon di wilayah kelautan dan pesisir kita," kata Sarwono dalam diskusi virtual tentang strategi pengelolaan karbon biru, di Jakarta, Rabu (7/7).

Sumber daya itu dapat menjadi potensi besar bagi Indonesia dalam mitigasi perubahan iklim. Dia juga merupakan potensi ekonomi dalam bentuk perdagangan karbon.

Maka, dia mendorong perubahan pola pikir bahwa Indonesia dapat menjadi negara superpower terkait iklim. "Karena kita mempunyai cadanganbegitu berharga. Sayangnya sebagian sudah rusak," tutur Sarwono.

Mantan Menteri Lingkungan Hidup ini merujuk pemerintah telah menaruh perhatian besar terhadap potensi karbon biru. Salah satunya dengan mencanangkan rehabilitasi dan konservasi mangrove. Selain itu, juga memasukkan karbon biru dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) untuk Konferensi Iklim PBB (COP) ke-26 pada akhir Tahun 2021 ini.

Dalam kesempatan sama Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Bappenas, Nur Hygiawati Rahayu, mengatakan bahwa selain gambut, kawasan mangrove atau bakau juga memiliki potensi menyerap karbon sangat tinggi.

Karena itu, pemerintah telah memasukkan target restorasi gambut serta mangrove dan upaya menekan deforestasinya dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. "Mangrove luas menjadi sumber karbon biru yang sangat besar," ujarnya.

Baca Juga: