Menurut Winds of Change, Sebuah Studi tentang Kelayakan Sumber Daya Energi Angin Lepas Pantai di Montenegro mengungkapkan, Montenegro memiliki potensi untuk membangun 2.300 MW pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai, yang merupakan dua kali lipat dari kapasitas terpasang semua pembangkit listrik saat ini di negara tersebut.

Dilansir dari Balkan Green Energy News Miloš Bogdanovi? dari Kotor, Montenegro, dan Špiro Ivoševi?, profesor di Fakultas Studi Kelautan di Kotor, yang menulis studi tersebut. Dasar penyusunannya adalah tesis master Bogdanovi? tentang potensi angin lepas pantai di Montenegro, yang baru-baru ini ia pertahankan. Studi ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah internasional MDPI Energies.

Bogdanovi? mengatakan, Montenegro secara signifikan tertinggal dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai, terutama mengingat fakta bahwa fasilitas semacam itu pertama kali dibangun di Denmark pada tahun 1991.

Area yang cocok untuk ladang angin diperkirakan mencapai 766 kilometer persegi

Dia menekankan bahwa hasil penelitian kecepatan angin tahunan rata-rata telah memungkinkan penentuan secara tepat area yang diperkirakan cocok untuk pembangunan ladang angin lepas pantai. Analisis basis data batimetri untuk area yang telah ditentukan menghasilkan identifikasi solusi teknis yang diperlukan untuk struktur pendukung turbin angin.

Para penulis menyimpulkan bahwa ladang angin dapat dibangun di atas lahan seluas 767 kilometer persegi. Letaknya di sebelah selatan kotamadya Ulcinj, di sepanjang perbatasan maritim dengan Albania, Bogdanovi? menjelaskan.

Jarak terpendek antara area yang ditentukan dan garis pantai (Cape ?eran atau Rt ?eran) adalah sekitar 1,4 kilometer, sedangkan titik terjauh adalah 47,8 kilometer.

Perkiraan potensi teknis dari area yang diidentifikasi adalah 2.300 MW. Menurut studi tersebut, sebagian besar dari potensi tersebut, yaitu 2.030 MW, dapat dimanfaatkan dengan struktur terapung, karena kedalaman laut lebih dari 60 meter. Pada kedalaman kurang dari 50 meter, menara yang dipasang di dasar laut, monopile, dapat menampung 127 MW. Struktur jaket, yang juga dipasang di dasar laut, cocok untuk 139 MW sisanya, demikian tertulis dalam dokumen tersebut.

Bogdanovi? menunjukkan bahwa tidak seperti struktur tetap, yang telah berhasil diterapkan di seluruh dunia selama lebih dari tiga dekade, solusi terapung adalah teknologi inovatif, yang diterapkan secara komersial untuk pertama kalinya pada tahun 2017.

Meskipun biaya pemasangan ladang angin lepas pantai saat ini yang menggunakan struktur terapung secara signifikan lebih tinggi daripada turbin yang dipasang di dasar laut, biaya tersebut diharapkan akan menurun banyak pada tahun 2028 dan menjadi kompetitif, tegasnya.

Studi ini mencatat bahwa wilayah laut yang diidentifikasi cocok untuk ladang angin dikendalikan oleh negara, sehingga tidak akan ada masalah pengambilalihan seperti yang sering terjadi pada ladang angin darat.

Kerangka hukum yang ada saat ini tidak mengakui ladang angin lepas pantai yang menghasilkan listrik, sehingga syarat pertama adalah memperkenalkan aktivitas tersebut, kata para penulis.

Studi ini menunjukkan bahwa pemerintah perlu mendeklarasikan zona ekonomi eksklusif sesuai dengan Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCLOS) tahun 1982, mengikuti contoh Kroasia.

Wilayah laut yang diidentifikasi membentang di tujuh blok lepas pantai yang ditetapkan pemerintah untuk eksplorasi dan produksi hidrokarbon.

Potensi angin teknis di wilayah tersebut didefinisikan sebagai hasil kali antara permukaan laut di wilayah tersebut dengan kecepatan angin tahunan rata-rata tujuh hingga delapan meter per detik dan nilai 3 MW per kilometer persegi.

Baca Juga: