JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong peningkatan sumber daya manusia (SDM) untuk menerapkan program pengendali organisme pengganggu tumbuhan (POPT). Sebab, mereka sebagai garda terdepan dalam mengatasi masalah hama di lapangan.

"Tujuannya agar antisipasi serangan OPT mampu dilakukan secara dini dan tepat, sehingga pengamanan produksi tetap terjaga," ucap Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi di Jakarta, Senin (7/2).

Suwandi menjelaskan, saat ini, di daerah rutin dilakukan pembekalan petugas lapangan dalam melakukan pendampingan serangan OPT sebab serbuan hama terus meningkat. Pembekalan itu dilakukan oleh Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan sebagai UPT di bawah Kementan. Balai ini rutin melakukan diseminasi teknologi Pengamatan, Peramalan dan Pengendalian OPT (P3OPT).

Busyairi menjelaskan POPT harus mampu mendeteksi OPT apa yang menyerang pertanaman sehingga pengenalan hama utama menjadi sangat penting karena sesuai dengan istilah tak kenal maka tak sayang. "Apabila seorang POPT tidak memahami atau mengenal OPT apa yang menyerang dan salah deteksi, maka akan menjadi sangat fatal dan tidak tepat dalam pengendaliannya" sebutnya.

Dalam kesempatan terpisah, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi meminta Kementan lebih komprehensif melakukan pendampingan petani di Sragen, Jawa Tengah dalam menghadapi permasalahan serangan hama tikus.

Kementan juga diminta cepat memberikan solusi serta antisipasi terkait hama tikus yang mengganggu lahan sawah para petani mengingat pemakaian jebakan setrum listrik dilarang karena telah menyebabkan 23 orang meninggal dunia dalam kurun waktu 2020-2021.

Baca Juga: