JAKARTA - Polusi udara menyebabkan 238.000 kematian dini di Uni Eropa pada 2020, kata pengawas lingkungan UE pada Kamis (24/11), sedikit meningkat dari tahun sebelumnya.

"Pada tahun itu, di 27 negara UE, paparan konsentrasi partikel halus berada di atas level pedoman Organisasi Kesehatan Dunia 2021 mengakibatkan 238.000 kematian dini," kata Badan Lingkungan Eropa (EEA) dalam sebuah laporan baru.

Itu sedikit lebih banyak dari yang tercatat pada 2019 di UE, meskipun terjadi penurunan emisi akibat pembatasan Covid.

Materi partikulat halus, atau PM2.5, adalah istilah untuk partikel halus yang biasanya merupakan produk sampingan dari knalpot mobil atau pembangkit listrik tenaga batu bara.

Ukurannya yang kecil memungkinkan partikel-partikel itu masuk ke dalam saluran pernapasan, memperburuk risiko bronkitis, asma, dan penyakit paru-paru.

Juga pada 2020, paparan nitrogen dioksida (NO2) di atas ambang batas yang direkomendasikan WHO menyebabkan 49.000 kematian dini di UE, kata EEA.

Paparan akut terhadap ozon (O3) menyebabkan 24.000 orang meninggal lebih awal.

"Ketika membandingkan tahun 2020 dengan 2019, jumlah kematian dini yang disebabkan polusi udara meningkat untuk PM2.5 tetapi menurun untuk NO2 dan O3," kata agensi tersebut.

"Untuk PM 2.5, penurunan konsentrasi diimbangi dengan peningkatan kematian akibat pandemi."

Pandemi Covid-19 menyebabkan kematian beberapa orang yang sudah hidup dengan penyakit yang berhubungan dengan polusi udara.

UE ingin memangkas kematian dini terkait polusi partikel halus sebesar 55 persen pada tahun 2030 dibandingkan dengan tahun 2005.

Secara keseluruhan, level untuk negara-negara UE pada 2020 adalah 45 persen lebih rendah dibandingkan tahun 2005, kata badan tersebut.

"Jika tingkat penurunan ini dipertahankan, UE akan mencapai target rencana aksi nol polusi yang disebutkan di atas sebelum 2030."

Menurut WHO, polusi udara menyebabkan tujuh juta kematian dini per tahun di seluruh dunia, setara dengan merokok atau pola makan yang buruk.

Baca Juga: