BANGKOK - Polisi Thailand menembakkan peluru karet dan menggunakan gas air mata untuk membubarkan aksi protes terhadap penyelenggaraan KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) di Bangkok, kata seorang pejabat polisi yang bertanggung jawab atas gugus tugas keamanan acara tersebut.

Tindakan polisi ini dilakukan setelah barisan pengunjuk rasa yang tak bersenjata mencoba merangsek ke lokasi penyelenggaraan KTT APEC di Bangkok pada Jumat (18/11) pagi.

"Sekitar 350 pengunjuk rasa berkumpul dan bentrok dengan polisi," kata juru bicara polisi, Achayon Khraithong.

Kelompok pengunjuk rasa yang menamakan diri mereka People Stop APEC 2022 ini awalnya berkumpul di Lan Khon Mueang Town Square dan bergerak ke Queen Sirikit National Convention Center di mana KTT APEC saat ini diadakan dari 16 hingga 19 November mendatang.

Saat dihadang polisi, pemimpin aksi protes bernama Baramee Chairat kemudian meminta polisi untuk membiarkan pengunjuk rasa lewat dan memperingatkan bahwa kelompok itu akan berusaha menerobos barikade pagar betis polisi dalam 10 menit jika mereka tidak bergerak.

Namun polisi tetap diam dan bentrokan pun pecah antara mereka dan pengunjuk rasa sekitar tengah hari di sebuah jalan utama dekat Monumen Demokrasi.

Beberapa peluru karet pun ditembakkan ke pengunjuk rasa dalam jarak dekat sekitar dua meter. Pada pukul 12.35, polisi menggunakan gas air mata terhadap kelompok tersebut dan pengunjuk rasa bubar.

Video di media sosial memperlihatkan pengunjuk rasa mencoba membalikkan mobil polisi, melemparkan proyektil dan menyerang polisi, sementara petugas antihuru-hara maju ke arah mereka dengan perisai dan memukul mundur mereka dengan pentungan.

Aktivis pemuda bernama Patsaravalee 'Mind' Tanakitvibulpon, yang ikut aksi demonstrasi ini, mengatakan orang-orang turun ke jalan untuk memprotes KTT APEC dan Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-Ocha.

"Polisi bertindak berlebihan. Mereka menggunakan peluru karet pada kami dan mencoba menghentikan kami berkali-kali," kata Patsaravalee, seraya mengatakan bahwa para pengunjuk rasa ini sedang menyerukan pengunduran diri PM Prayut dan diakhirinya KTT APEC 2022 karena tuan rumah PM Prayut adalah pemimpin yang tidak sah.

Sementara itu Achayon membela penggunaan peluru karet dan gas air mata oleh polisi, dengan mengklaim bahwa mereka bertindak untuk membela diri setelah pengunjuk rasa melemparkan batu dan menyemprotkan cat semprot ke polisi.

"Para pengunjuk rasa ini telah melanggar hukum dan secara fisik menyerang petugas polisi," kata Achayon, seraya menambahkan bahwa lima petugas terluka dalam aksi unjuk rasa yang berujung ricuh ini.

PenangkapanPengunjuk Rasa

Dalam bentrokan ini polisi Thailand dilaporkan telah menangkap 25 pengunjuk rasa. Dilaporkan pula bahwa sedikitnya 10 orang terluka-luka termasuk seorang fotograferReuters.

Penangkapan demonstran itu dikonfirmasi oleh petugas dari Kantor Polisi Samran Rat yang mengatakan bahwa 25 demonstran pelaku ditangkap karena kejahatan tidak mengikuti aturan pada protes yang ditetapkan oleh polisi, penyerangan pada polisi, vandalisme, dan pembakaran dan mereka yang ditangkap terancam hukum penjara tidak lebih dari satu tahun penjara atau denda 20.000 baht.

Aksi protes di Thailand ini diperkirakan akan berlanjut pada Sabtu (19/11) ini. AFP/ST/I-1

Baca Juga: