Dedi mengungkapkan salah satu usaha yang dimiliki kelompok tersebut adalah kebun sawit di wilayah Sumatera dan Kalimantan.

JAKARTA - Kepolisian sedang mendalami sumber pendanaan kelompok Jamaah Islamiyah (JI) pimpinan terduga teroris Abu Askari alias Para Wijayanto (PW), alias Abang, yang ditangkap di Bekasi, Jawa Barat, akhir pekan lalu.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo, mengatakan kelompok tersebut diketahui memiliki beberapa usaha yang dibangun untuk dijadikan sebagai sumber pendanaan.

"Ini sedang dikembangkan, tahapan pembangunan kekuatan ini tentunya harus didukung oleh kemampuan ekonomi. Mereka sedang mengembangkan basic ekonomi dengan beberapa usaha yang mereka bangun, yaitu usaha kebun," kata Dedi, Selasa (2/7).

Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri telah menangkap lima terduga teroris yang tergabung dalam kelompok Jamaah Islamiyah yang berafiliasi kepada kelompok teroris global, Al Qaeda. Tersangka pertama adalah Abu Askari alias Para Wijayanto, 54 tahun, alias Abang, yang merupakan amir atau pimpinan organisasi tersebut. Para Wijayanto ditangkap di sebuah hotel di Bekasi, Jawa Barat, pada Sabtu (29/6).

Selain mengamankan Para Wijayanto di Kranggan, Jati Sampurna, Bekasi, Jawa Barat, Densus juga menangkap istri Para Wijayanto, Masitha Yasmin, 47, dan anak buah Para Wijayanto, Bambang Suyoso alias Sadam, di Bojong Gede, Bogor, Abdurrahman di Babelan, Bekasi, serta Budi Tri alias Khaidar (Amir JI Jawa Timur) di Ponorogo, Jawa Timur.

Dedi mengungkapkan salah satu usaha yang dimiliki kelompok tersebut adalah kebun sawit di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Dari usaha tersebut, kelompok yang dipimpin Para Wijayanto ini mampu memberi gaji anggotanya sebesar 10 juta rupiah hingga 15 juta rupiah.

"Pejabat-pejabat di dalam struktur organisasi JI ini juga digaji, besarannya 10 juta-15 juta rupiah," ujarnya.

Mendanai Anggota

Dedi menyebut sumber pendanaan itu tak hanya untuk menggaji anggota JI saja, tetapi juga untuk mendanai anggota JI yang diberangkatkan ke Suriah ikut pelatihan militer.

Sepak terjang Para Wijayanto di JI terbilang lama. Dia sudah berada 19 tahun lamanya di organisasi terorisme itu. Para Wijayanto pernah mengikuti pelatihan militer sekitar tahun 2000, dan sejak saat itu mulai aktif di kelompok JI. Setelah sempat menjadi orang kepercayaan di bidang intelijen dalam kelompok tersebut, Para Wijayanto kemudian didapuk menjadi pimpinan pada tahun 2007.

Para Wijayanto pun terlibat di sejumlah aksi teror. Misalnya kerusuhan di Poso pada 2000, bom di Kedutaan Besar Australia pada 2004 serta bom Bali I pada 2002 dan II pada 2005. Keterlibatannya secara khusus pada bom Bali I dan II membuat ia sempat bekerja sama dengan kelompok Noordin Mohammad Top dan dr Azhari, dalang peristiwa bom Bali.

Selain memiliki kemampuan di bidang intelijen, pria lulusan sebuah universitas ternama di Jawa Barat dengan jurusan teknik sipil itu memiliki kemampuan untuk merakit bom, militer, dan merekrut anak buah.

"Dari sisi kompetensi, yang bersangkutan memiliki kompetensi untuk merakit bom. Kemampuan intelijen dan kemampuan militer lainnya selama dia mengikuti pelatihan itu cukup komprehensif sehingga yang bersangkutan dibaiat sebagai pimpinan JI," ujar Dedi. eko/P-4

Baca Juga: