Sempitnya saluran pernapasan akibat kelebihan jaringan di mulut dan tenggorokan pada penderita obesitas merupakan faktor risiko utama seseorang menderita apnea tidur yang obstruktif. Kabar baiknya, perubahan gaya hidup dan pola makan tanpa perlu menurunkan berat badan telah terbukti dapat mengurangi gejala apnea tidur dan bahkan berpotensi menghilangkannya.

Dalam sebuah studi terbaru yang diterbitkan di JAMA Network Open, para peneliti dari universitas di Spanyol, merekrut 89 pria kelebihan berat badan dan obesitas yang menderita kondisi apnea tidur sedang hingga berat. Mereka kemudian dibagi ke dalam dua kelompok, di mana salah satu kelompok menerima intervensi gaya hidup sehat.

Kelompok tersebut diminta memperbaiki pola makan dengan berhenti mengonsumsi makanan olahan, dan memperbanyak konsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, minyak zaitun, makanan laut, unggas, telur, dan rempah-rempah.

Mereka juga mengurangi konsumsi alkohol setiap malam, seraya meningkatkan jumlah langkah harian sebesar 15 persen dalam seminggu. Peserta yang merokok juga didesak untuk berhenti.

"Itu bukan diet rendah kalori yang ketat. Kami baru saja mengajari mereka cara makan makanan yang sehat," kata Almudena Carneiro-Barrera, penulis utama studi dan peneliti di Loyola University Andalusia di Spanyol, seperti dikutip dari The Washington Post.

Sementara kelompok kedua berfungsi sebagai kontrol sehingga tidak menerima intervensi pola hidup apapun. Sebagai gantinya, mereka mendapatkan pengobatan standar untuk apnea tidur menggunakan perangkat medis yang disebut mesin CPAP. Sebagai informasi, mesin itu berfungsi mengirimkan aliran udara bertekanan yang lembut dan stabil melalui tabung dan masker yang dikenakan pengguna saat mereka tidur.

Hasilnya, setelah hanya delapan minggu, kelompok yang mengadopsi kebiasaan sehat mengalami penurunan 51 persen dalam jumlah episode apnea yang mereka alami selama tidur. Sekitar 15 persen mencapai remisi lengkap dari kondisi apnea tidur mereka. Bahkan, 45 persen peserta pada kelompok ini tidak lagi membutuhkan mesin CPAP selama tidur.

Rata-rata, kelompok kebiasaan sehat kehilangan sekitar 7 kilogram atau sekitar 7 persen dari berat badan mereka. Setelah enam bulan mempertahankan penurunan berat badan, jumlah peserta yang apnea tidurnya mengalami remisi meningkat dua kali lipat. Jumlah peserta yang tak lagi membutuhkan mesin CPAP juga meningkat 17 persen menjadi 62 persen dari total peserta pada kelompok ini.

Para peserta juga mengalami penurunan tekanan darah yang signifikan, sekaligus menurunkan risiko kematian akibat stroke atau penyakit jantung hingga lebih dari 30 persen.

Sementara kelompok kontrol yang sama sekali tidak mendapatkan intervensi pola hidup sehat hanya kehilangan rata-rata kurang dari satu pon berat badan dan mengalami sedikit atau tidak ada perbaikan dalam tingkat keparahan apnea tidur mereka. Atas hasil ini, rekan-rekan peneliti tengah merekrut 500 wanita dengan kondisi apnea tidur untuk studi tindak lanjut yang lebih besar.

"Hasilnya jauh lebih baik dari yang kami harapkan," kata Carneiro-Barrera.

Walau begitu, mengurangi gejala apnea tidur juga bisa dilakukan tanpa harus mengalami penurunan berat badan. Dalam sebuah penelitian lainnya, sekelompok pria dan wanita yang kelebihan berat badan memperbaiki tidur apnea mereka dan mengalami lebih sedikit insomnia dan kantuk di siang hari dengan mengikuti diet Mediterania yang kaya akan ikan, biji-bijian, tanaman, dan makanan tinggi lemak tak jenuh.

Studi tersebut menemukan bahwa para peserta mengalami peningkatan dalam sleep apnea mereka terlepas dari apakah mereka kehilangan berat badan. Studi lainnya menunjukkan olahraga teratur dapat meredakan gejala apnea tidur karena mencegah cairan menumpuk di leher yang menyempitkan saluran pernapasan.

Baca Juga: