JAKARTA - Pneumonia juga dikenal dengan istilah paru-paru basah. Pada kondisi ini, infeksi menyebabkan peradangan pada kantong-kantong udara (alveoli) di salah satu atau kedua paru. Akibatnya, alveoli dipenuhi cairan atau nanah sehingga membuat penderitanya sulit bernapas

Penyakit ini selain menyerang lansia berusia 65 tahun ke atas, juga rawan dialami balita. Berdasarkan data The United Nations Children's Fund (UNICEF) tahun 2018, setiap jam terjadi kematian 2-3 balita di Indonesia akibat pneumonia. Hal ini menunjukkan bahwa pneumonia masih menjadi salah satu penyakit yang harus diwaspadai.

"Pneumonia pada anak biasanya berasal dari infeksi saluran pernapasan akut atas (ISPA atas). Umumnya gejala pneumonia diawali dengan demam, batuk atau pilek, kemudian diikuti oleh gejala sesak napas yang biasanya terjadi dalam 14 hari dan bersifat akut," terang Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Subspesialis Kesehatan Anak Respirologi RS Pondok Indah - Pondok Indah dr. Wahyuni Indawati Sp. A, Subsp. Resp melalui siaran pers Senin (11/12).

Pada gejala sesak napas ditandai oleh adanya usaha bernapas yang berat seperti tarikan dinding dada saat bernapas maupun adanya napas cuping hidung. Adanya sesak napas menjadi indikasi anak kekurangan oksigen. "Jika hal ini terjadi pada anak Anda, segera bawa ia ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa lebih lanjut," kata dr Wahyuni.

Bagaimana mengenali terjadinya sesak napas pada si kecil? Caranya adalah dengan menghitung frekuensi napas dalam 1 menit dengan meletakkan tangan di dada anak karena sesak napas ditandai dengan frekuensi napas cepat.

Jika napas lebih dari 60 kali per menit untuk usia kurang dari 2 bulan, lebih dari 50 kali per menit untuk usia 2 bulan - 1 tahun, Lebih dari 40 kali per menit untuk usia 1 tahun - 5 tahun, Lebih dari 30 kali per menit untuk usia lebih dari 5 tahun bisa dikategorikan mengalami penyakit.

Pencegahan

Pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, ataupun jamur. Penyebab yang paling sering adalah virus ataupun bakteri. Langkah pencegahan yang dapat dilakukan dapat dimulai dengan menjaga agar infeksi tersebut tidak menyebar ke lingkungan sekitar.

"Misalnya ketika kita sedang tidak sehat, sebaiknya gunakan masker dengan benar, serta jalani etika batuk dan bersin yang tepat dengan menutup mulut dengan lengan baju atas atau tisu kemudian membuangnya ke tempat sampah," kata dr Wahyuni.

Pencegahan penyebaran infeksi yang juga dapat dilakukan adalah rajin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun setiap habis batuk dan bersin, setelah memegang permukaan benda terutama di tempat umum, sebelum makan, dan lain sebagainya.

Hal ini juga berlaku tidak hanya untuk orang tua, tetapi juga si kecil. Selain itu, pneumonia juga dapat dicegah secara efektif dengan pemberian ASI eksklusif, memastikan status gizi yang baik, menghindari asap rokok, dan polusi udara lainnya. Disamping itu melindungi anak dengan pemberian imunisasi yang dapat mencegah pneumonia.

"Saat ini terdapat beberapa vaksin yang dapat melindungi anak dari penyakit ini, yaitu vaksin Difteri Pertusis Tetanus Hemophilus Influenza B (DPT HiB) yang merupakan vaksin kombinasi, vaksin pneumokokus (PCV), vaksin influenza, dan vaksin MR (measles rubella)," urainya.

Berdasarkan UNICEF, pneumonia adalah penyebab terbesar kematian pada anak dibandingkan penyakit menular lainnya. Oleh karena itu, penting bagi untuk mengambil tindakan berikut sebagai langkah pencegahannya.

"Sekitar 50 persen kematian anak akibat pneumonia berkaitan dengan polusi udara, maka itu apabila sedang sakit, gunakan masker dengan tepat. Terapkan etika batuk dan bersin yang benar agar tidak menularkan ke anak lain," paparnya.

Studi menunjukkan bahwa mencuci tangan dengan sabun dapat mengurangi risiko pneumonia hingga 50 persen. Menyusui eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan adalah cara yang efektif untuk melindungi anak dari pneumonia dan penyakit menular lainnya.

"Minum air bersih dan matang, serta berikan sanitasi rumah yang baik. Cara paling efektif untuk melindungi anak dari pneumonia adalah dengan imunisasi," lanjutnya.

Penanganan

Apabila si kecil sudah terdiagnosis terkena pneumonia, tatalaksana perawatannya harus dilakukan di rumah sakit, karena penderita kerap mengalami sesak napas dan memerlukan oksigen. Di sini oksigen akan diberikan sesuai kebutuhan.

Pada kasus yang berat, dapat digunakan alat bantu napas (ventilator) di ruang rawat intensif. Selama perawatan, si kecil juga dapat diberikan antibiotik, cairan sesuai kebutuhan, dan nutrisi yang cukup, sedangkan tindakan inhalasi dan fisioterapi tidak perlu rutin diberikan pada penderita pneumonia.

"Pneumonia pada anak perlu dikenali gejalanya sejak awal, agar perawatannya dapat dilakukan dengan segera. Apabila anak Anda mulai menunjukkan gejala serupa, jangan tunda untuk memeriksakannya ke dokter. Penanganan yang cepat dan tepat dapat menyelamatkan masa depan si kecil," pungkasnya.

Baca Juga: