Kementerian Agama (Kemenag) mengeluarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 2 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Widyalaya atau pendidikan umum kekhasan agama Hindu.

JAKARTA - Kementerian Agama (Kemenag) mengeluarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 2 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Widyalaya atau pendidikan umum kekhasan agama Hindu.

Direktur Jenderal Pendidikan Masyarakat Hindu, Kemenag, I Nengah Duija, mengatakan langkah tersebut telah ditunggu-tunggu kehadirannya oleh umat Hindu seluruh Indonesia. "Ini PMA yang sudah ditunggu-tunggu oleh umat Hindu. Dengan ini, umat Hindu kini resmi memiliki satuan pendidikan umum yang identik dengan madrasah," ujar Duija, di Jakarta, Jumat (1/3).

Dia menerangkan, selama ini pendidikan umat Hindu hanya familiar dengan sebutan Pasraman atau lembaga pendidikan agama dan keagamaan Hindu. Dalam prosesnya lebih fokus mengajarkan mata pelajaran dari agama Hindu saja seperti halnya pesantren dalam Islam.

Duija menilai, setelah adanya pendidikan Widyalaya ini, umat Hindu bisa lebih memperlebar jangkauan pendidikan formal bernuansa Hindu. Dengan demikian, tidak hanya berfokus pada pelajaran agama Hindu saja.

"Dengan PMA ini umat Hindu akan mempelajari pelajaran umum, sehingga lulusanya lebih terbuka," jelasnya.

Duija menuturkan, saat ini umat Hindu memiliki 2 payung hukum terkait penyelenggaraan pendidikan. Pertama, pendidikan keagamaan atau pasraman dan kedua, pendidikan umum dengan kekhasan agama.

"Lengkap sudah saat ini regulasinya. Ada PMA mengenai pasraman yang identik dengan pesantren dan PMA Nomor 2 Tahun 2024 ini tentang Widyalaya yang identik dengan madrasah," katanya.

Jenjang Pendidikan

Duija mengungkapkan, Pendidikan Widyalaya, nantinya akan berjenjang dari tingkat pendidikan anak usia dini (Pratama Widyalaya), pendidikan dasar (Adi Widyalaya), pendidikan menengah pertama (Madyama Widyalaya), serta pendidikan menengah (Utama Widyalaya) dan pendidikan menengah kejuruan (Widyalaya Kejuruan). Untuk pelajaran yang diajarkan, 60 persen nantinya mempelajari mata pelajaran umum dan 40 persen mata pelajaran agama.

"Setara dengan sekolah umum, sehingga menerima siswa dari berbagai latar belakang agama atau kepercayaan," ucapnya.

Duija menjelaskan, Pendidikan Widyalaya diselenggarakan sebagai upaya untuk mempersiapkan peserta didik yang berakhlak mulia, menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kompetensinya. Dengan demikian, peserta didik dapat hidup mandiri dan mengikuti pendidikan jenjang lebih lanjut.

Dia menambahkan, adanya PMA tersebut juga akan menjadi jalan sekaligus solusi strategis terhadap penyerapan tenaga pendidik atau guru dari perguruan tinggi umum. ruf/S-2

Baca Juga: