PM Malaysia menegaskan bahwa negaranya akan terus melanjutkan eksplorasi migas di LTS dan Malaysia tidak akan tunduk pada tuntutan Tiongkok untuk menghentikan eksplorasi karena aktivitas itu dilakukan di perairan ­mereka.

MOSKWA - Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, pada Kamis (5/9) mengatakan bahwa negaranya akan terus melanjutkan eksplorasi minyak dan gas di Laut Tiongkok Selatan (LTS) dan Malaysia tidak akan tunduk pada tuntutan Tiongkok untuk menghentikan eksplorasi minyak dan gasnya di LTS karena aktivitas itu dilakukan di perairan mereka.

Tanggapan PM Anwar itu dilontarkan setelah munculdokumen diplomatik yang bocor menunjukkan penentangan dari Beijing.

Walau menegaskan itikad Malaysia, PM Anwar mengambil sikap mendamaikan dengan menggambarkan bahwa Tiongkok sebagai mitra dan mengatakan kedua negara akan membahas masalah tersebut secara damai.

Saat ini perusahaan minyak milik negara Malaysia, Petronas, diketahui telah mengoperasikan ladang minyak dan gas di laut dalam zona ekonomi eksklusifnya dan dalam beberapa tahun terakhir Petronas telah beberapa kali berhadapan dengan kapal-kapal Tiongkok.

Tiongkok mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh LTS termasuk bagian dari zona ekonomi eksklusif (ZEE) sepanjang 200 mil laut milik Filipina, Brunei, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam, yang mempersulit upaya eksplorasi energi oleh beberapa negara tersebut. Sementara itu putusan pengadilan internasional menyatakan klaim Beijing itu tidak memiliki dasar hukum.

Berdasarkan hukum internasional, ZEE memang tidak menunjukkan kedaulatan tetapi memberikan hak kedaulatan kepada suatu negara untuk mengambil sumber daya alam dari perairan tersebut.

"Apa yang kami lakukan dalam hal eksplorasi minyak tentu saja berada di perairan kami," kata PM Anwar kepada wartawan yang ikut bersamanya dalam kunjungan ke Russia. "Kami mungkin akan menanggapi Tiongkok dengan menjelaskan posisi kami bahwa kami tidak pernah bermaksud untuk bersikap provokatif, bermusuhan, dan tidak perlu. Tiongkok adalah teman baik. Namun, tentu saja kami harus beroperasi di perairan kami dan mengamankan keuntungan ekonomi, termasuk pengeboran minyak, di wilayah kami," imbuh dia.

"Kita harus melanjutkan (eksplorasi) karena ini menyangkut kelangsungan hidup ekonomi negara kita," kata Anwar.

"Malaysia terbuka untuk membahas masalah ini dengan Tiongkok, tetapi itu tidak berarti kita harus berhenti. Jika mereka terus berselisih, maka kami harus mendengarkan dan mereka harus mendengarkan. Namun, hal itu tidak boleh merusak hubungan bilateral yang baik antara kedua negara ini," imbuh Anwar.

Dokumen Bocor

Pekan lalu, portal berita Filipina, Inquirer.net, menerbitkan apa yang disebutnya sebagai nota diplomatik yang bocor di mana Tiongkok menuntut Malaysia menghentikan semua aktivitas minyak dan gas di lepas pantai Negara Bagian Sarawak di Pulau Kalimantan. Beijing mengatakan dalam nota itu bahwa Malaysia telah melanggar batas wilayah Tiongkok.

Laporan portal berita itu mengatakan Tiongkok menuduh Malaysia telah melanggar batas wilayah yang tercakup dalam peta kontroversial 10 garis putus-putusnya yang menunjukkan klaim kedaulatan Beijing di LTS.

"Nota diplomatik itu juga menyatakan ketidaksenangan Beijing atas kegiatan eksplorasi minyak dan gas Malaysia di dekat Luconia Shoals, yang dekat dengan Sarawak," lapor Inquirer.net.

Kementerian Luar Negeri Malaysia telah meminta penyelidikan atas kebocoran tersebut, tetapi tidak membantah isinya.

Sedangkan Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa mereka terkejut dengan laporan dari media Filipina tersebut, yang kemudian mengatakan bahwa ada motif tersembunyi dibalik publikasi laporan tersebut.

"Sebagai negara yang terlibat langsung dalam masalah LTS, Tiongkok dan Malaysia telah menjaga komunikasi yang erat untuk menangani perbedaan dan perselisihan mereka dengan tepat," kata kementerian itu.

Tidak seperti Filipina, yang secara terang-terangan telah terlibat bentrokan publik dengan Tiongkok di wilayah yang disengketakan, pemerintah Malaysia lebih memilih jalur diplomatik. Malaysia punjarang mengkritik Beijing di depan umum, meskipun kapal Penjaga Pantai Tiongkok terpantau telah berlayar di dekat perairan Malaysia. Hal ini dilakukan sebagian untuk melindungi hubungan ekonomi karena Tiongkok telah menjadi mitra dagang utama Malaysia sejak 2009.

Sedangkan Filipina dan Tiongkok baru-baru ini terlibat dalam konfrontasi berulang di laut, yang dianggap oleh para analis sebagai titik api regional karena dapat menyeret sekutu perjanjian pertahanan bersama Manila, Amerika Serikat, ke dalam konflik. AFP/I-1

Baca Juga: