Pabrik ini bagian dari komitmen PLN IP dalam mendukung pencapaian target net zero emission (NZE) pada 2060.
JAKARTA - PT PLN Indonesia Power (PLN IP) meluncurkan pabrik panel surya berkapasitas 1 GWp di Kendal, Jawa Tengah, sebagai pabrik terintegrasi pertama dan terbesar di Indonesia.
Pabrik tersebut merupakan bagian dari komitmen PLN IP dalam mendukung pencapaian target net zero emission (NZE) pada 2060.
Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kementerian Perindustrian Yan Sibarang Tandiele dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, mengapresiasi singkatnya pembangunan pabrik panel surya serta komitmen memenuhi tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sesuai aturan.
"Soft launching ini merupakan capaian yang spektakuler, karena dilakukan dalam waktu singkat 10 bulan. Hal ini membanggakan bagi Indonesia. Dengan beroperasinya pabrik panel surya berkapasitas 1 GWp, akan menambah kapasitas nasional menjadi 4,7 GWp. Apresiasi juga kepada PLN yang sudah berkomitmen dalam pemanfaatan TKDN," katanya.
Sekretaris Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Sahid Junaidi juga optimistis bauran energi baru dan terbarukan (EBT) terpenuhi sesuai target.
"Pencapaian ini menjadi bukti kemajuan sektor EBT di Indonesia. Kami melihat pengembangan EBT semakin cerah," katanya.
Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PT PLN (Persero) Hartanto Wibowo mengatakan saat ini PLN telah menapaki tahap penting dalam mendukung transisi energi tanah air menuju swasembada energi.
"Kita telah tiba pada journey penting dalam upaya mendukung NZE 2060, yakni resmi beroperasinya pabrik panel surya terintegrasi pertama dan terbesar di Indonesia. Lewat milestone ini, menjadi bukti PLN mendukung swasembada energi di Indonesia sesuai arahan Presiden RI," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra mengungkapkan melalui perusahaan patungan antara PLN Indonesia Power Renewables dengan Trina Solar Co Ltd dan PT Dian Swastatika Sentosa yaitu PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI), siap memproduksi modul panel surya terintegrasi dengan teknologi mutakhir yaitu Tunnel Oxide Passivated Contact (TOPCon). Dengan teknologi yang belum pernah diterapkan di industri panel surya dalam negeri tersebut, efisiensi mencapai 23,2 persen dari rata-rata saat ini di Indonesia 20 persen.
"Pabrik ini dikembangkan bersama dengan perusahaan tier-1 industri solar panel dunia dan diharapkan mampu memenuhi permintaan pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Dengan teknologi N-type Topcon yang telah memenuhi standar bankability AAA dari Bloomberg New Energy Finance (BNEF), produk yang dihasilkan memiliki efisiensi dan keandalan yang tinggi, ini membuktikan keseriusan kami membangun industri EBT," ujar Edwin.
Edwin juga menegaskan keberadaan pabrik turut mendukung program peningkatan TKDN sesuai Peraturan Kementerian Perindustrian Nomor 34 Tahun 2024.
Dengan demikian, pabrik solar panel ini juga mengurangi ketergantungan impor komponen industri energi tanah air.
"Dengan TKDN yang tinggi, maka dapat meningkatkan kemandirian sektor industri, terutama di bidang energi terbarukan tanah air," katanya.
Edwin menambahkan hadirnya pabrik solar panel di Kawasan Industri Kendal ini dapat menciptakan lapangan kerja baru.
Hal tersebut membuktikan target NZE tidak hanya membawa dampak pada lingkungan saja, namun juga perekonomian masyarakat.
"Fasilitas ini dapat memberikan kontribusi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan bagi Indonesia. Pasalnya, dapat membuka lapangan kerja baru dan mendukung berkembangnya industri lokal," tuturnya.
Menurut Edwin, dengan potensi energi surya di Indonesia yang sangat besar mencapai 207 GW, maka kehadiran pabrik PLTS ini akan mengoptimalkan pemanfaatan energi surya untuk sektor kelistrikan.
"Panel surya hasil produksi perusahaan patungan ini tentu akan mendorong semangat pengembangan energi surya yang lebih masif, saat ini kapasitas produksi pabrik sebesar 1 GWp, dan akan dikembangkan sampai dengan 3 GWp. Dengan demikian komponen PLTS akan semakin mudah didapat," imbuhnya.
Wakil Direktur Utama TMAI Lokita Prasetya mengatakan capaian ini telah sesuai dengan target dan siap memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Kami telah bekerja keras membangun pabrik panel surya di atas lahan tujuh hektare sesuai target. Pabrik ini telah siap beroperasi dan mampu memproduksi modul panel surya terbesar di Indonesia hingga 720 watt peak per modulnya dan efisiensi hingga 23,2 persen. Kami membutuhkan dukungan dari pemerintah dan PLN untuk peningkatan permintaan pasar dalam negeri," katanya.