JAKARTA - Industri barang konsumen yang bergerak cepat (fast-moving consumer goods/FMCG) dalam situasi apapun tidak akan pernah ditinggalkan. Oleh karena platform digital business-to-business (B2B) untuk berbagai industri tidak terkecuali untuk industri barang-barang konsumsi tersebut.
"Walaupun resesi orang tetap akan mengkonsumsi barang FMCG. Tinggal pilihannya saja dari tadinya brand tier 1 menjadi brand tier 2. Dari sini platform FMCG semakin besar karena penjual akan menawarkan harga terbaik," kata SVP Marketing & Corporate Affairs GudangAda, Yuanita Agata dalam acara Diskusi Media: B2B FMCG Indonesia Outlook 2023, di Jakarta Kamis (19/1).
Platform B2B untuk FMCG seperti bisa menjadi pilihan solusi bagi principal dan distributor. Riset Center of Economic and Law Studies (Celios) bersama GudangAda menemukan tantangan terbesar UKM dalam mengembangkan usaha pasca pandemi adalah kompetisi dengan toko modern (36 persen), dan konsumen gagal bayar utang (31 persen). Temuan lain adalah lokasi usaha yang tidak menguntungkan (27 persen).
"Hal ini berkorelasi dengan temuan lain, terdapat peningkatan kebutuhan solusi digital sederhana untuk kecepatan dan efisiensi biaya, fleksibilitas pembayaran, jangkauan pasar lebih luas," imbuh Yuanita.
Studi tersebut menemukan 60 persen UKM di Indonesia sudah merasakan manfaat dari penerapan digitalisasi pada bisnis mereka. Platform B2B tersebut dianggap mempermudah mencari supplier dan menjangkau pelanggan.
"Pada tahun 2023, riset memperlihatkan berbagai tantangan perkembangan industri B2B dari segi rendahnya literasi keuangan, kesenjangan akses digital, dan pembiayaan bagi UKM yang harus diwaspadai oleh para pemain B2B FMCG di Indonesia," kata dia.
Direktur Celios, Bhima Yudhistira mengatakan, saat ini pasar Indonesia sedang berada di masa transisi dari Fase 2 (customer process portal) menuju Fase 3 (multi-channel infrastructure). Kehadiran platform B2B digital seperti GudangAda dapat berperan efektif dalam mengakselerasi transisi tersebut melalui ragam layanan bisnis digital yang terintegrasi kepada segenap pemain di industri B2B.
"Mulai dari Prinsipal hingga pelaku bisnis level UKM seperti pemilik toko dan warung dalam Menggunakan platform B2B digital untuk mengakselerasi bisnis mereka," terang dia pada kesempatan tersebut.
Hasil riset memprediksi pada 2023 kebutuhan sistem one-stop solution untuk mempercepat proses validasi data secara real time sehingga prinsipal dapat mengikuti perkembangan pasar secara lebih cepat. Pendekatan multi saluran (omnichannel) sebagai salah satu upaya industri B2B FMCG diperkirakan juga akan tumbuh lebih pesat.
Tuntutan keamanan data pribadi seiring meningkatnya jumlah para pelaku usaha yang menggunakan platform digital B2B. Permintaan one-stop financing dengan tenor yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan UKM.
Yuanita menjelaskan, memasuki 2023, GudangAda sebagai penyedia platform digital B2B akan berfokus pada aspek strategis untuk mencapai posisi terbaik dalam mengarungi persaingan bisnis. Caranya dengan membangun jalur distribusi yang lebih efisien guna dukung perkembangan bisnis principal dan strategic sellers pada area strategis.
"Perusahaan akan mengutamakan keberlanjutan dengan menciptakan level margin yang sehat antara Principal dan Mitra Bisnis, dan fokus pada strategic buyer dan seller dengan meningkatkan literasi digital mitra dalam memaksimalkan fitur layanan di dalam aplikasi GudangAda serta menyediakan akses kredit produktif yang aman bagi mitra bisnis UKM," terang Yuanita.