Untuk urusan senapan serbu, Indonesia mungkin bisa menepuk dada. Lihat saja, dalam ajang Australian Army Skill At Arms Meeting (AASAM), sebuah lomba menembak yang diikuti militer banyak negara, TNI AD selalu menjadi juara umum. Bahkan, 12 kali jadi juara umum secara berturut-turut.Selainskill menembak personel TNI yang bikin kagum, senjata buatan Pindad yang dipakai dalam ajang tersebut juga bikin militer negara lain kagum.

Dengan senjata hasil produksi Pindad, kontingen TNI sukses jadi juara menembak 12 kali berturut-turut.Senjata buatan Pindad yang bikin decak kagum peserta AASAM adalah senapanSS2 yang oleh Pindad ditingkatkan kemampuannya dari varian sebelumnya. Senapan serbu SS2 sendiri sudah jadi senjata standar TNI.

Nah, selain SS2, Pindad juga berhasil meracik senapan serbu yang tidak kalah canggih. Senapan serbu canggih itu bernama Senjata Serbu Bawah Air (SSBA). Senapan ini, dirancang Pindad untuk pasukan khusus dengan spesialisasi pertempuran bawah air, seperti Komando Pasukan Katak (Kopaska), Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), hingga Pasukan Intai Amphibi (Taifib).

Dalam merancang senapan serbu bawah air ini,Pindad berkolaborasi dengan Laboratorium Senjata Bawah Air atau dikenal dengan Laboratorium Induk Bawah Air (Labinbair). Labinbair sendiri adalah bagian dari Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AL (Dislitbangal) yang berada di Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Menurut Kepala Dislitbangal (Kadislitbangal), Laksma TNI Kasih Prihantoro, Labinbair adalah unsur pelaksana teknis Dislitbangal dalam penelitian, pengujian dan pengembangan sistem penginderaan bawah air dan wahana kesenjataan bawah air, dalam rangka menunjang kebutuhan unsur-unsur operasional dan pembinaan kemampuan TNI Angkatan Laut. Labinbair dipimpin oleh Kepala Labinbair. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Labinbair bertanggung jawab kepada Kadislitbangal.

Dilihat dari spesifikasi dan kemampuannya, tambah Prihantoro, senapan serbu bawah air hasil kolaborasi Pindad dan Labinbair Dislitbangal ini, tidak kalah canggih dengan senapan serbu serupa, misalnya senapan serbu buatan Rusia.

Menurut website dari Pindad, disebutkan senapan serbu bawah air buatan Indonesia ini mampu menembak di bawah air hingga kedalaman 15 meter. Memiliki berat 4,5 kg, panjang 820 mm, lebar 82 mm. Senapan serbu ini menggunakan tenaga gas dalam sistem penembakan.

Senapan serbu bawah air buatan Indonesia ini, desainnnya memang mengacu pada senjata serupa buatan Rusia. Tapi oleh Pindad disempurnakan sedemikan rupa, hingga dari sisi kemampuan tak diragukan. Bahkan boleh diadu dengan senapan serupa buatan negara maju. Senapan serbu ini telah diuji coba. Punya ketahanan terhadap air laut. Bisa berfungsi di darat maupun di dalam air. Aman dan mudah dioperasikan dan mudah dalam perawatan.

Untuk operasionalnya, Pindad membuat amunisi khusus untuk senjata ini. Amunisi yang digunakan adalah proyektil peluruberbentuk jarum dengan diameter 5,66 mm dan panjang 120 mm atau kaliber 5,66+150 mm dengan berat sekitar 26 gram.

Dengan spesifikasi seperti itu, senapan serbu bawah air hasil kolaborasi Pindad dengan Labinbair Dislitbangal, cocok digunakan untuk menembak musuh dalam ancaman infiltrasi, sabotase, dan pengamanan tiap personel pasukan penyelam (combat diver) serta pembelaan diri melawan binatang buas di perairan. Maka tak heran, senapan serbu ini jadi bagian dari koleksi senjata pasukan khusus seperti Kopaska dan Denjaka, satuan elit di jajaran TNI AL.

Sementara itu, Direktur Program Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (Lesperssi), Beni Sukadis, mengatakan, dalam modernisasi alutsista, kemandirian bisa memproduksi alat perang atau senjata sendiri mesti jadi prioritas. Selain itu, mesti ditentukan skala prioritas dalam melihat persepsi ancaman pertahanan. Karenanya, otoritas di sektor pertahanan harus bisa merumuskan apa ancaman tradisional dan non tradisional.

"Kemudian soal restrukturisasi yang sangat terkait dengan persepsi ancaman pada gelar kekuatan yang mestinya diprioritaskan pada gelar air power dan naval power," kata Beni.ags/N-3

Baca Juga: