WASHINGTON - Dokumen Angkatan Udara Amerika Serikat yang diperoleh Yahoo News baru-baru ini menyebutkan bahwa 2 pilot Ukraina telah berhasil menguasai jet tempur F-16 dalam empat bulan pelatihan. Itu empat kali lebih cepat dari perkiraan para pejabat Pentagon awal tahun ini.

Dalam sidang Kongres Februari, Wakil Menteri Pertahanan AS untuk Kebijakan, Colin Kahl, mengatakan, pelatihan pilot Ukraina untum F-16 akan memakan waktu sekitar 18 bulan, jumlah waktu yang sama yang diperlukan untuk mengekspor pesawat tempur ke Ukraina.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky sebelumnya telah mendesak sekutu barat agar memberikan pesawat tempur generasi keempat itu, untuk mempertahankan wilayah udara di tengah gelombang serangan besar-besaran Rusia yang menargetkan fasilitas militer dan infrastruktur energi.

Pentagon (Departemen Pertahanan AS) dan sekutu NATO menghadapi pertimbangan sulit untuk memenuhi permintaan Kyiv atas jet tempur multi peran tersebut. Proyeksi masa pelatihan yang lama adalah salah satu alasan yang sering disebut untuk tidak memberikan pesawat yang sangat diinginkan kepada Ukraina. Pemimpin pertahanan Ukraina mengatakan F-16 diperlukan untuk menembak jatuh pesawat tempur Rusia yang menjatuhkan bom.

Moskow sendiri telah berulang kali memperingatkan bahwa pengiriman senjata yang lebih canggih ke Ukraina oleh AS dan sekutunya dapat melewati 'garis merah',, yang mengarah ke peningkatan permusuhan.

Dilansir oleh Business Insider, penilaian internal Angkatan Udara AS tersebut merinci pelatihan F-16 yang dilakukan dua pilot Ukraina di Morris Air National Guard Base di Tucson, Arizona, pada akhir Februari dan awal Maret.

"Selama total sebelas setengah jam dalam sembilan simulasi terpisah, penerbang Ukraina mengungguli harapan AS dalam kemampuan cepat mereka untuk mempelajari seluk beluk pesawat," bunyi dokumen tersebut.

"Empat instruktur angkatan udara AS yang berpengalaman menilai pilot Ukraina dan menentukan pilot dapat melakukan beberapa manuver 'relatif teknis', termasuk mendarat setelah kehilangan mesin dan mengatasi serangan palsu," kata dokumen itu.

Mengutip penilaian itu, kedua pilot Ukraina tidak menerima pelatihan resmi tentang simulator penerbangan F-16 selain hanya pengenalan singkat ke pesawat sebelum pelatihan. Kedua pria tersebut sudah memenuhi syarat untuk mengoperasikan MiG-29 dan Su-27 , keduanya merupakan jet tempur era Soviet yang merupakan mayoritas armada angkatan udara Ukraina yang tersisa.

Biden mengalah

Pejabat AS sebelumnya mengatakan bahwa Washington berpegang teguh pada pendiriannya untuk tidak mengirim F-16 sendiri ke Kiev. Para pemimpin Eropa, termasuk pejabat tinggi di Inggris dan Jerman, minggu ini terus menekan pemerintahan Biden untuk membuat keputusan pengiriman F-16.

Kini, penilaian internal tersebut meningkatkan tekanan pada Presiden AS Joe Biden untuk mengirim F-16 ke Ukraina.

CNN melaporkan bahwa dalam pertemuan di Jepang, Presiden Joe Biden pada Jumat memberi tahu para pemimpin G7 bahwa AS akan mendukung upaya bersama dengan sekutu untuk melatih pilot Ukraina menggunakan pesawat generasi keempat, termasuk F-16.

"Pelatihan itu diperkirakan tidak dilakukan di AS, dan kemungkinan besar akan terjadi seluruhnya di Eropa. Tetapi personel AS akan berpartisipasi dalam pelatihan bersama sekutu dan mitra di Eropa," kata seorang pejabat administrasi senior AS pada CNN.

"Diperkirakan akan memakan waktu beberapa bulan untuk menyelesaikannya dan akan dimulai dalam beberapa minggu mendatang," tambahnya.

Keputusan itu menandai perubahan besar pada Biden, yang mengatakan awal tahun ini bahwa dia tidak percaya Ukraina membutuhkan F-16. Keputusan untuk mendukung prakarsa pelatihan datang dengan sangat cepat, kata para pejabat, dan dibuat oleh Biden setelah pertemuan dengan para pemimpin G7 di Hiroshima, Jepang, di mana topik F-16 ke Ukraina menjadi poin utama diskusi.

Dalam beberapa hari terakhir, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak telah mendorong sangat keras agar negara-negara yang memiliki F-16 untuk mengirimnya ke Ukraina sehingga negara tersebut dapat mempertahankan diri dengan lebih baik terhadap serangan udara harian Rusia.

"Saat pelatihan berlangsung selama beberapa bulan mendatang, koalisi negara-negara kami yang berpartisipasi dalam upaya ini akan memutuskan kapan benar-benar menyediakan jet, berapa banyak yang akan kami sediakan, dan siapa yang akan menyediakannya," tegas pejabat itu.

Baca Juga: