Figur akan dilihat sejauh mana popularitas, elektabilitas, dan akseptabilitas atau penerimaan figur tersebut di masyarakat, dan sejauh mana calon sudah berbuat atau track record atau rekam jejak kinerja-nya seperti apa.
SURABAYA - Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul menilai pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak akan mendapatkan suara terbanyak di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur (Jatim) karena masyarakat lebih dominan melihat figur.
"Ada beberapa faktor yang menjadi peran penting yang menjadi modal kuat Khofifah. Pertama, dalam pilkada masyarakat lebih dominan melihat figur, kemudian baru partai politik," kata Adib di Surabaya, Rabu (4/9).
Figur akan dilihat sejauh mana popularitas, elektabilitas, dan akseptabilitas atau penerimaan figur tersebut di masyarakat, dan sejauh mana calon sudah berbuat atau track record atau rekam jejak kinerja-nya seperti apa.
"Jika dilihat seperti ini, Khofifah lebih diunggulkan lantaran pengalaman lebih banyak dari Tri Rismaharini dan Luluk Nur Hamidah. Apalagi Khofifah juga matang secara organisasi. Dia pernah menjadi anggota DPR, menteri dan gubernur. Track record itu yang tidak dimiliki dua pesaingnya. Yang paling mendekati saya kira Risma, itu pun hanya wali kota dan menteri," kata Adib yang juga Dosen Fisip Universitas Islam Syekh-Yusuf (UNIS) Tangerang.
Khusus bagi Khofifah, lanjut Adib, jika Khofifah bisa mengkonversikan figur yang dominan dengan mesin partai yang mendukungnya, maka peluang menang justru akan menjadi lebih besar. "Kalau pun harus head to head, maka Risma memang yang paling mendekati. Risma figur populer, tapi calon wakil gubernur yang tidak bisa mendukung suara basis elektoralnya. Berbeda dengan Khofifah yang ditunjang dengan Emil Dardak, yang menyumbang suara signifikan terutama kalangan muda Gen Z. Sementara Risma mungkin hanya didukung wilayah Arek karena pernah menjabat sebagai Wali Kota di Surabaya," ucapnya.