Taman Nasional Pulau Komodo di Flores Nusa Tenggara Timur (NTT) rencananya akan ditutup mulai 1 Januari 2020. Meskipun masyarakat setempat menolak rencana penutupan itu, kemungkinan besar penutupan akan tetap dilakukan. Tujuannya, untuk merevitalisasi flora dan fauna di kawasan tersebut agar lebih sehat dan semakin menarik untuk kunjungan wisatawan.

Kalaupun Pulau Komodo jadi di tutup, Labuan Bajo masih tetap menarik untuk menjadi destinasi wisata di kawasan NTT. Sebab, Labuan Bajo bukan hanya Pulau Komodo, namun banyak sekali destinasi wisata yang menarik dan indah untuk disambangi. Banyak pulau menarik yang bisa datangi, seperti Pulau Padar, Pulau Kanawa, Pulau Kelor, dan Pulau Bidadari. Apalagi jika kita menjelajahi pulau-pulau indah itu dengan menggunakan perahu Phinisi.

Menurut salah satu pengelola wisata perahu Phinisi yang akrab dipanggil Bang Jon, di Labuan Bajo, saat ini ada sekitar 100 lebih kapal Phinisi yang beroperasi. Puncak operasi kapal wisata ini akan terjadi menjelang akhir tahun. Bahkan menurutnya, Phinisi dari Labuan Bajo kadang membawa penumpang hingga ke Banda-Raja Ampat. Merekan tidak akan bosan di dalam kapal, meski perjalanan panjang harus ditempuh berhari-hari.

"Biasanya September-Okotober ada beberapa yang menyewa, biasanya turis asing, dari sini hingga ke Raja Ampat bisa semingguan," ujarnya ditemui Koran Jakarta belum lama ini.

Untuk menyewa perahu Phinisi, tentunya ada beberapa kantor perjalanan di Labuan Bajo yang bisa didatangi. Bahkan, ada kantornya yang buka di Jakarta. Titik pertama pemberangkatan adalah di Labuan Bajo Komodo Boat Trip.

Tidak perlu ke Raja Ampat, Labuan Bajo pun setidaknya memerlukan waktu sekitar satu minggu untuk bisa menikmati seluruh keindahannya. Karena memang sehari saja pasti tidak akan cukup memuaskan. Setidaknya tiga hari dua malam cukuplah untuk menikmati indahnya Labuan Bajo dengan diantar kapal Phinisi.

Dari pelabuhan, penumpang akan diantar menuju kapal Phinisi dengan menggunakan kapal boat. Kapal kecil ini mengangkut lima hingga enam orang sekali jalan. Perjalan sekitar 15 menit akan sampai ke Phinisi.

Dari kapal boat, tampak di jauh kapal kayu yang begitu kokoh dan indah, di mana hampir 100 persen terbuat dari kayu, yakni kayu jati dan kayu ulin, sehingga tahan terhadap air laut. Seketika saat naik ke geladak kapal, penumpang tanpa perlu dikomando langsung beramai-ramai mengambil spot terbaik untuk berfoto. Pilihan utama adalah ujung paling depan dari Phinisi, untuk berfoto layaknya adegan Leonardo Di Caprio dengan Kate Winslet di film Tinanic, atau mencoba menjadi nakhoda di balik kemudinya.

Saat kapal masih diam, memang tidak masalah jika ingin berfoto ala Titanic, namun saat kapal berjalan, pengelola kapal menyarankan untuk tidak memaksakan diri. Apalagi jika ombak besar, goyangan kapal akan sangat terasa meski kapal berukuran besar. Boleh berfoto lagi jika sudah bersandar di pulau.

Kapal Phinisi KLM Cordelia yang kami tumpangi saat itu maksimal hanya bisa mengangkut 14 penumpang plus crew yang berjumlah enam orang. Tapi jika mengangkut diver, maksimal hanya membawa 12 wisatawan. Karena memang tabung udara yang disiapkan maksimal 12 buah. Semua fasilitas bisa dipakai, termasuk makan ataupun snack yang tersedia.

Tiba dikapal tentunya keinginan untuk eksplore tidak tertahankan. KLM Cordelia ini ternyata memiliki lima kabin untuk tamu dan satu kabin untuk crew. Dari lima kabin untuk tamu, satu kabin berukuran paling luas dengan tempat tidur berukuran king size. Di dalam kamar nampak mewah, seperti halnya kamar hotel. Terdapat kulkas, dengan AC yang terus dihidupkan, serta kamar mandi di dalam. Untuk kabin lainnya ukurannya lebih kecil, namun tidak kalah nyamannya.

Di sisi kabin crew atau nakhoba terdapat ruangan untuk bersantai dan karaoke, di sisi lainnya terdapat meja besar untuk kegiatan makan, dengan kursinya yang juga empuk. Kursi panjangnya juga sebenarnya bisa dipakai untuk tidur jika kamar tidak cukup muat untuk pengunjung.

Setelah memberikan breifing keselamatan serta yang boleh dan tidak boleh dilakukan kepada tamu, kapten kapal pun kemudian mulai menjalankan Phinisi untuk menjelajahi pulau-pulau Labuan Bajo.

Padar, Komodo dan Kanawa

Tujuan pertama adalah Pulau Padar, Pulau Komodo, dan Kanawa. Pulau ini memang yang paling terkenal di Labuan Bajo, sehingga menjadi tujuan pertama bagi wisatawan. Sebab, jika ke Labuan Bajo tidak ke Padar atau melihat binatang purba, Komodo, rasanya belum piknik ke Labuan Bajo.

Di Pulau Padar, daya tariknya adalah pemandangan alam laut dari ketinggian bukit yang dapat melihat tiga buah teluk secara bersamaan. Keindahan Padar itu diabadikan pada uang pecahan 50 ribu rupiah yang dikeluarkan Bank Indonesia. Pemandangan uang 50 ribu itu bisa dilihat sejak pos pertama di Padar.

Ada tiga pos di Padar yang dapat disambangi, tapi tentu memerlukan fisik yang prima. Tidak banyak wisatawan yang sanggup mencapai pos tertinggi. Seribu lebih anak tangga harus didaki untuk mencapainya. Namun disarankan jangan terlalu memaksa jika memiliki fisik yang kurang sehat, di bagian atas tentunya udara akan semakin terik menerpa kepala. Pikirkan juga tenaga untuk kembali turun.

Sekitar satu jam penjelajahan dilakukan di Padar, kemudian dilanjutkan ke Pulau Komodo. Tiba di Pulau Komodo, wisatawan akan diarahkan oleh pemandu untuk mulai menjelajahi kawasan. Ada beberapa pilihan bagi wisatawan, namun jika waktu mepet, pilih saja trip pendek. Dari pintu masuk, penjelajahan dimulai dengan menyusuri jalan setapak yang sudah ada.

Sambil bercerita sejarah komodo, pemandu juga selalu mengingatkan larangan yang harus diperhatikan oleh wisatawan. Misalnya jika bertemu dengan komodo, maka lebih baik menjauh dan memperhatikan dari bagian depan. Tidak boleh membuat suara berisik yang akan membuat komodo menjadi ganas. Memotret komodo pun harus dengan penjagaan dari pemandu.

Meski ada sekitar 1.300 ekor komodo, tidak selalu mudah menemukan keberadaan mereka. Hanya komodo yang tergolong jinak yang dapat dilihat, yakni saat mereka mendatangi restoran di pulau, sebagai titik istirahat para turis.

Dari Pulau Komodo, perjalanan berikutnya adalah Pulau Kanawa. Koran Jakarta tiba di Kanawa sore hari dengan cuaca lebih adem. Di pulau ini, turis akan menikmati keindahan bawah laut dengan snorkeling atau diving. tgh/E-3

Menjelajahi Pulau Bidadari dan Kelor

Kesokan harinya, Phinisi akan membawa turis untuk kembali menjelajahi pulau lain yang ada di Labuan Bajo, yakni Pulau Bidadari dan Pulau Kelor. Dua pulau ini memiliki kekhasan tersendiri.

Bukan karena ada bidadari, tapi karena pulau ini banyak ditumbuhi pohon bidara. Aktivitas yang bisa dilakukan di sini adalah bermain di pantai, snorkeling atau diving untuk menikmati keindahan coral.

Sementara Kelor, memiliki tebing yang cukup tinggi, dengan derajat ketinggian lebih ekstrem dari Padar. Kemiringannya mencapai 60 derajat. Turis yang datang bisa menjelajahi pulau yang tidak terlalu luas ini.

Usai snorkeling atau tracking pulau-pulau eksotis di Labuan Bajo, tentunya perlu penawar perut yang kelaparan. Jangan khawatir, chef di Kapal Phinisi sudah menyiapkan hidangan serbalaut yang nikmat.

Paket sewa kapal memang sangat lengkap, termasuk makan sepuasnya. Kebetulan saat itu hidangan laut yang disajikan adalah ikan tuna bakar bumbu madu, ikan kakap ekor kuning, dan ayam bumbu kuning. Ditambah juga dengan sayuran dan goreng cumi krispi.

Dua hari perjalanan dengan Phinisi sungguh memuaskan, pulau-pulau di Labuna bajo hampir semuanya bisa dijelahani, menikmati tracking di Padar dan snorkeling serta melihat komodo, sebelum nanti akan ditutup untuk sementara. tgh/E-3

Baca Juga: