Direktur Eksekutif Pusat Studi Perkotaan, Nirwono Joga, mengatakan Pemrov DKI Jakarta harus segera memetakan titik-titik lokasi terparah penurunan muka tanah dan menghentikan pembangunan gedung.

"Pemprov juga harus melarang warga untuk pemompaan air tanah sekaligus memastikan penyediaan air bersih di lokasi tersebut serta kawasan pesisir pantura Jakarta secara keseluruhan," tutur Nirwono.

Menurut Nirwono, Pemrov DKI harus merestorasi kawasan pesisir pantura Jakarta dengan merelokasi permukiman padat/kampung-kampung kumuh di pesisir pantura Jakarta ke rusun terdekat. "Kemudian, Pemprov harus melakukan dan penghijaukan lokasi tersebut sebagai RTH pantai seperti hutan bakau/mangrove, hutan pantai, dan bebas bangunan," tutur Nirwono.

Nirwono menambahkan Pemprov DKI Jakarta juga harus tegas untuk menghentikan proyek reklamasi dan memastikan pulau-pulau reklamasi yang sudah terbangun dijadikan RTH publik kota," sambungnya.

Sementara itu, Kepala Pengelola Hutan Mangrove, Djuhana, mengatakan pihaknya akan terus melakukan rehabilitasi lahan kosong untuk dijadikan hutan mangrove. Hal ini berupaya mengantisipasi banjir rob yang disebabkan penurunan permukaan tanah.

"Ke depannya terus melakukan rehabilitasi ada lahan kosong yang dijadikan hutan mangrove. Penanaman terus agar dapat menahan abrasi," kata Djuhana.

Djuhana menambahkan, saat ini kawasan pantai Utara Jakarta memiliki 202 hektare lahan hutan mangrove.

Seperti diketahui, Organisasi Nonpemerintah, Forum Ekonomi Dunia, menyatakan Jakarta sebagai kota yang paling berpotensi tenggelam di 2050, dengan penurunan permukaan tanah hingga 6,7 inci atau 170 sentimeter (cm) per tahun karena pemompaan air tanah yang berlebihan.

Organisasi Lingkungan Global Greenpeace Asia Timur bahkan memprediksi potensi itu bisa terjadi lebih dini.

Berdasarkan laporan mengenai kenaikan permukaan laut yang ekstrem dan banjir pesisir di tujuh kota besar di Asia tahun lalu, Jakarta disebut menghadapi ancaman ganda dari kenaikan permukaan laut dan penurunan permukaan tanah. Ini dapat terjadi lebih cepat ketika banjir 10 tahunan terjadi pada 2030.

Prediksi ini juga sempat disinggung Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, akhir Juli lalu. Biden menyinggung Arktik di Kutub Utara yang kian menghangat, bersama ancaman tenggelamnya sebagian kawasan pesisir utara Jakarta.

Pemanasan global yang meningkatkan, membuat penurunan tanah di Jakarta meluas sampai 28,33 persen pada 2050.

Baca Juga: