Kota Bandung memang memiliki daya tariknya sendiri, tidak akan habis kalo kita bahas kota Bandung. Kita bisa nikmati banyak hal yang di daerah ini. Pesona alamnya yang luar biasa membuat banyak orang memilih kawasan ini sebagai tempat menghabiskan waktu bersama keluarga, sahabat, dan orang yang dicintai.

Bandung tidak hanya terkenal dengan namaKawah Putih atauJalan braga. Ada surga tersembunyi di Ibu Kota Jawa Barat. Padahal, keindahan surga ini sudah ada sejak zaman dahulu.

Sanghyang Heuleut adalah tempat paling esoktis di Bandung dan dapat dijadikan sebagai alernatif untuk menghilangkan semua rutinitas yang melelahkan. Tempat ini berupa telaga kecil dengan warna airnya yang biru jernih. Ada banyak spot foto yang bisa digunakan untuk mengambil gambar.

Alamat Kawasan ini berada di Rajamandala Kulon, Cipatat. Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. lebih tepatnya lokasi kawasan wisata ini berada di perbatasan antara Bandung Barat dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta.

Sanghyang Heuleut adalah sebuah danau yang mengalir melalui sungai citarum. Salah satu danau yang susunan bebatuannya bisa dilihat secara langsung. Uniknya, banyak warga yang mengira tempat ini digunakan untuk pemandian para bidadari. Seperti cerita rakyat yang berkembang di tanah pasundan.

Makna dari Sanghyang Heuleut sendiri terdiri dari dua kata yaitu, Sanghyang berarti tempat suci. Kemudian, Heuleut artinya selang atau waktu, kalo digabungkan menjadi tempat suci yang tak lekang oleh waku.

Sanghyang Heuleut adalah kawasan di Bandung dengan berbagai macam mitos yang berkembang. Entah benar atau tidak, mitos ini menjadi sebuah daya tarik tersendiri.

Ada sekitar 3 Sanghyang yang bisa dinikmati di daerah ini. Ketiganya memilki pesona dan fungsi yang berbeda. Begitupula dengan mitos yang berkembang pesat di warga sekitar.

Selanjutnya Sanghyang Tikoro, dimana nama Tikoro memiliki arti kerongkongan, menurut cerita para masyarakat, Sanghyang inilah yang merupakan tempat hilangnya air danau purba bandung secara misterius. Bahkan, misteri ini sampai saat ini belum bisa terjawab.

Nama Tikoro atau kerongkongan memang tidak berlebihan. Karena, aliran air ini mengalir kedalam sebuah tempat yang gelap. Seperti sebuah kerongkongan. Menurut para sesepuh desa, Sanghyang ini lah yang menjadi cikal bakal dari terbentuknya Bandung.

Masih menurut cerita para sesepuh, Bandung akan tenggelam disini. Tempat ini pula yang biasa didatangi oleh Dayang Sumbi untuk mandi.

Lokasi Goa ini berada di dekat Pembangkit Listrik Tenaga Air. Buat yang penasaran dan ingin melihat keindahan goa. Bisa turun menuruni tangga yang sudah di sediakan. Setelah sampai di pelataran, akan menikmati pemandangan yang mempesona Sanghyang Tikoro, meski letaknya sedikit tersembunyi.

Nah, ada dua tebing yang tinggi diantara goa ini, tebing ini menutupi genangan gunung purba. Dari tebing ini bisa melihat pertemuan dua puncak yaitu pasir kiara dengan tinggi 732 mdpl dan Puncak Larang dengan tinggi 850 mdpl.

Kemudian, Sanghyang Poek. Sebuah Goa purbakala di Bandung dengan pesona yang luar biasa didalamnya. Goa ini seperti sebuah celah dan terhimpit tebing yang cukup tinggi. Aliran sungai menuju ke goa ini cenderung tenang dan stabil. Di dalam goa dihiasi bebatuan besar.

Jalur yang menyenangkan dan meanrik membuat banyak orang yang menghabiskan waktunya untuk memasuki ke dalam goa. Namun, karena kondisi bebatuan yang miring dan berdiri, harus lebih berhati-hati dan tetap menyesuaikan dengan kondisi jalan, sehingga sedikit menyulitkan.

Berjalan perlahan sampai menemukan 3 lorong yang berbeda. Jika, ingin menikmati lebih dalam Sanghyang Poek. Bisa memilih jalur yang berada di tengah. Yang ingin menikmatinya disarankan membawa lampu penerangan atau senter, sebab didalam gua ini benar-benar gelap.

Di sekitar kawasan sudah banyak berdiri warung-warung yang menyediakan segala kebutuhan. Jadi, jangan ketakutan berkunjung ke tempat ini. Bisa memanfaatkan warung ini dengan harga yang bersahabat.

Disarankan yang ingin berkunjung ke tempat ini, datanglah pada musim kemarau. Atau musim pancaroba. Jika, datang saat musim penghujan, air-air ini akan terlihat keruh, apalagi jalanan yang harus dilalui cukup licin dan susah.

Waktu yang tepat mengunjungi kawasan ini adalah pagi hari menjelang siang. Kawasan ini masih alami dengan berbagai macam pepohonan, jadi diharapkan untuk tidak pulang terlalu larut karena, jalanan akan gelap dan keadaan tersebut cukup berbahaya. arn

Baca Juga: