Di awal Juli, Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dengan bangga menyampaikan keikutsertaan Indonesia sebagai 'Negara Tamu' di ajang festival seni budaya bergengsi di Eropa, Europalia 2017, yang akan berlangsung dari 10 Oktober 2017 hingga 21 Januari 2018 di Belgia.

Bersama tim Indonesia yang dipandu Ditjen Kemdikbud akan menampilkan budaya tradisional dan kontemporer dengan mengangkat keberagaman seni dan budaya Indonesia, saat ini tengah memasuki tahap akhir penyelesaian pembuatan produksi dari setiap karya yang sudah terpilih untuk tampil dalam pameran maupun pertunjukan di beberapa kota di Belgia dan negara Eropa lainnya.

Europalia 2017 yang direncanakan akan diresmikan pembukaannya oleh Presiden Joko Widodo bersama Raja Philippe dari Belgia ini, sekaligus mengantar wajah ragam budaya Indonesia, menyampaikan pesan melalui kreasi warna dengan media gerak, bunyi, suara, maupun instalasi serta artefak.

Hilmar Farid selaku Dirjen Kebudayaan Kemdikbud mengatakan, ajang ini menjadi ruang diplomasi budaya secara luas, yang juga bagian dari tugas dan fungsi Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya serta menjadi ruang promosi bagi industri kreatif bidang seni dan budaya.

"Nantinya ajang ini diharapkan dapat merangkul interaksi antar bangsa dan negara utamanya mengangkat keberagaman seni budaya Indonesia agar lebih dipahami dan dinikmati khalayak yang lebih luas lagi, sehingga akan mampu memberikan magnet ketertarikan dan kecintaan yang pada akhirnya membangun, serta menghadirkan komunitas seni dan budaya dari mancanegara maupun negeri sendiri dan memberikan makna bagi Indonesia," tuturnya dalam jumpa pers di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Ia menambahkan, tujuan keikutsertaan Indonesia dalam Europalia 2017 ini juga untuk menduniakan keragaman budaya Indonesia yang toleran, demokratis dan modern, namun tetap menjunjung tinggi khasanah seni dan budaya.

"Pihak Europalia Internasional memandang Indonesia sebagai negara multi-etnik dan multi-agama yang sudah saatnya mendapat perhatian dari masyarakat Eropa yang makin majemuk. Selain itu diharapkan keikutsertaan ini dapat memperkuat hubungan kerja sama Indonesia dengan negara - negara Eropa serta meningkatkan people to people understanding and contact. Dengan demikian diharapkan Europalia 2017 yang mengusung Indonesia sebagai satu-satunya negara tamu ini dapat memberi multiplying effect melalui ekonomi, sosial dan budaya," bebernya.

Pada bagian yang berbeda, Rampai Indonesia adalah tagline yang melekat pada berbagai persembahan yang dipersiapkan dengan matang oleh para pelaku dan pencipta seni dan budaya, yang lahir dari para talenta muda, baik melalui tradisi maupun sekolah tinggi seni yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

"Dipersembahkan lebih dari 400 pekerja seni yakni seni tari, pertunjukan, musik, instalasi, film yang menyuguhkan lebih dari 226 karya dan program yang dapat dinikmati pecinta seni melalui ajang Europalia 2017 di berbagai kota di Belgia dan negara sekitarnya," ucap Ratna Panjaitan, Ketua Team Komunikasi EuropaliaID.

Sementara itu, Pameran Ancestor menampilkan aneka ragam cara orang Indonesia menghargai leluhur. Kita adalah bangsa yang menghargai sejarah, namun berbeda cara mengungkapkannya. Berbagai tradisi budaya, mulai dari Kirab hingga Mudik, memperlihatkan ingatan terhadap leluhur masih mewarnai kehidupan masa kini.

Pameran Archipel memperlihatkan budaya maritim Indonesia, gugusan pulau khatulistiwa yang disatukan laut. Hubungan antarpulau terwujud dalam berbagai teknologi perkapalan, pengetahuan navigasi, serta aneka ragam tradisi. Kemampuan untuk mengarungi lautan ini sudah ada sejak lama, jauh lebih lama daripada kedatangan pelaut-pelaut dari Barat.

"Europalia - Indonesia menampilkan berbagai pameran dan pergelaran, di antaranya pameran seni rupa yang diberi judul Power and Other Things. Kurator pameran ini berupaya menampilkan berbagai zaman dalam perkembangan seni rupa Indonesia, dengan fokus perkenalan, pertemuan, perpaduan, tegangan dan konflik yang ikut membentuk gagasan dan praktek senirupa Indonesia modern dan kontemporer," kata Ratna. san/R-1

Ratusan Pergelaran Seni

Sejak 1969 Europalia telah menyelenggarakan arts biennales, di mana pada setiap event berfokus dan menyajikan keunikan karya seni dan budaya masing-masing negara tamu.

Ajang yang menyajikan mulitidisiplin program mencakup ratusan pertunjukan berlangsung selama empat bulan dan menyuguhkan ratusan seniman dan pekerja seni lainnya di berbagai kota yang menjadi tuan rumah di Belgia maupun negara sekitar.

Europalia telah memikat penonton Eropa yang luas tidak hanya dengan pameran, tapi juga dengan seni pertunjukan, rupa, instalasi, musik, sastra, konferensi dan film serta warisan budaya. Menjadi ajang yang sanggup menjadi sorotan tidak hanya pada nama besar pelakunya, namun juga pada pendatang baru berbakat.

"Warisan budaya dan tradisi memainkan Seniperan penting, namun karya kontemporer juga berperan. Kreasi karya dan interaksi yang terbentuk antara seniman dari negara tamu dan dari Eropa telah mendapat perhatian yang berarti," kata Ratna.

Informasi yang ditawarkan kepada publik khususnya pada generasi muda memberikan wawasan dan pemahaman budaya yang lebih luas. Ini menimbulkan dialog terbuka antara budaya dalam suasana yang lebih baik antara seniman negara tamu dan pengunjung setempat.

Festival Europalia membawa dan membuka peluang kerja sama jangka panjang antara para mitra artistik guna membangun kepercayaan untuk penampilan pada ajang lain, baik di dalam maupun di luar Eropa melalui jaringan internasional.

Ratna menuturkan, sejak Senin (10/7) tim Europalia ID telah menyambut kehadiran tim Europalia dan rekan media dari Belgia di Jakarta untuk mengikuti beberapa rangkaian kegiatan dalam rangka persiapan dan pengenalan terhadap beberapa keanekaragaman seni dan budaya di Indonesia.

"Salah satunya pengenalan peninggalan sejarah melalui koleksi sejarah yang ada di Museum Nasional Indonesia. Di mana nantinya beberapa koleksi tersebut akan dipamerkan di Europalia 2017," imbuhnya.

Setelah Jakarta, destinasi berikutnya adalah Solo. Di sana mereka diajak menyaksikan beberapa pertunjukkan seni dan budaya.

"Perjalanan mereka pun dilanjutkan ke Yogyakarta. Adapun serangkaian kegiatan selama di Yogya yakni, Pameran "Power and Other Things" oleh Kurator, Riksa Afiaty di Kedai Kebun, Pameran Seni Visual Kontemporer oleh Kurator, Alia Swastika di Indonesia Contemporary Art Network (ICAN), hingga Comic oleh Kurator, Hikmat Darmawan dan dihadiri oleh Prihatmoko Moki dan Yudha Sandy," pungkas Ratna. san/R-1

Baca Juga: