Ajang adu panco saat ini sedang meraih ketenaran di India berkat munculnya kompetisi  Pro Panja League yang menarik minat semua kalangan yang ingin meraih popularitas dan banyak uang.

Sebelum bertanding, seorang atlet melenturkan bisep yang berotot dalam ajang adu panco yang baru disiarkan di televisi, berusaha mengambil alih ketenaran olahraga kriket di India dengan sentuhan gaya Bollywood yang mewah.

Para kontestan bertarung di bawah lampu studio yang terang dengan penonton yang bersorak saat lawan menekan lengan lawannya di Pro Panja League (PPL) di Stadion Indira Gandhi di New Delhi, India, baru-baru ini.

Sebenarnya Federasi Panco India telah diresmikan sejak 1977, tetapi olahraga tersebut, yang dikenal dengan sebutan panja di India, baru diberi sentuhan semangat baru oleh pemilik liga dan pasangan akting Bollywood, Parvin Dabas dan Preeti Jhangiani.

"Atlet kami benar-benar putra dan putri lokal. Ada yang berprofesi sebagai PNS, pelatih gym, bahkan ada pula seorang mekanik," kata Dabas kepada kantor berita AFP. "Mereka datang dari semua lapisan masyarakat dan berasal dari kota kecil India, dan itulah yang kami sukai, itulah yang membuat penonton tertarik," imbuh dia.

Atlet panco bernama Syekh Tauhid misalnya. Ia bekerja sebagai tukang batu, montir sepeda motor, dan pembersih gym, sebelum meraih ketenaran pada ajang PPL di kategori 90 kilogram.

Senyumnya yang menawan dan tubuhnya yang berotot menambah daya tarik Tauhid, 23 tahun, saat ia mengalahkan lawan dengan serangan cepat dan kemudian merayakannya dengan meniupkan ciuman kepada para penggemarnya.

"(Kemenangan) ini bagaikan impian tinggal di hotel mewah, memiliki makanan enak dan sejumlah uang," kata Tauhid kepada AFP seraya menambahkan ia telah memperoleh sekitar 75.000 rupee (900 dollar AS) selama periode kompetisi sejauh ini, yang berarti ia menerima lompatan bayaran 10 kali lipat dari pendapatan sebelumnya. "Saya amat bersyukur atas semua ini," imbuh dia.

Di ajang PPL, setiap tim yang terdiri atas 6 peserta, harus menyertakan atlet pria, perempuan, dan penyandang disabilitas, termasuk atlet yang menggunakan kursi roda dengan kekuatan tubuh bagian atas yang mengesankan, dan tim pemenang akan mendapatkan bayaran dua juta rupee (24.000 dollar AS).

PPL diluncurkan pada 2020 melalui beberapa pertandingan eksibisi dan turnamen, dan ajang kali ini adalah musim liga pertama yang ditayangkan langsung di Sony Sports Network di India dan Willow TV di Amerika Serikat antara 28 Juli dan 13 Agustus.

Empat tim teratas akan bertanding di semifinal dan pemenangnya akan bertemu di final pada Minggu (13/8) ini.

Film Sylvester Stallone berjudul Over the Top (1987) membuat panco populer di seluruh dunia, tetapi olahraga panco kuno di India tetap berakar pada mitologi Hindu dan sangat populer sehingga menjadikan Tauhid sebagai selebritas lokal.

Saat ini Tauhid telah pindah dari rumah kontrakan satu kamar di kota asalnya Aurangabad di Negara Bagian Maharashtra, dan membeli rumahnya sendiri. "Ketenaran yang saya dapatkan dari panco membantu saya dalam karier saya sebagai pelatih gym yang pada gilirannya memberi saya uang," ungkap Tauhid. "Pro Panja telah mengubah citra adu panco. Kami bisa bepergian dengan penerbangan pesawat, berbeda dengan bepergian dengan gerbong kereta," imbuh dia.

Atlet Perempuan

Sementara itu pemilik liga yakin akan semakin populernya panco setelah keberhasilan liga olahraga India termasuk Liga Pro Kabaddi (PKL), yang telah membuat penduduk desa yang rendah hati jadi atlet tenar.

Di antara para atlet juga ada seorang ibu berusia 38 tahun, Farheen Dehalvi, yang beralih dari berpartisipasi dalam kompetisi lokal di Negara Bagian Madhya Pradesh, dan kini ia mengalahkan lawan-lawannya di ajang profesional dengan seragam tim berwarna cerah di depan banyak penonton TV.

Puluhan tahun membersihkan, memasak, dan pekerjaan rumah tangga membuat Dehalvi memiliki tangan yang kuat dan ia memanfaatkan "asetnya" itu dengan baik.

"Anak perempuan yang tinggal di rumah termasuk ibu rumah tangga, lebih kuat karena mereka bekerja dan memiliki kekuasaan di tangan mereka," kata Dehalvi, seorang guru paruh waktu dan ibu dari seorang anak laki-laki berusia 17 tahun.

Dehalvi, yang berkompetisi di kategori perempuan 65+ kilogram, memenangkan pertandingan pembukaannya dengan mengalahkan petenis berusia 19 tahun, memenangkan poin dalam beberapa adu panco.

"Awalnya saya cuma pergi menonton pertandingan panco di distrik saya dan orang-orang mendesak saya memainkan olahraga itu karena mereka menganggap saya kuat," kata Dehalvi kepada AFP.

"Di wilayah kami, menantu perempuan tidak diizinkan keluar dari rumah mereka, tetapi suami saya mendukung saya untuk menunjukkan kekuatan saya dalam olahraga. Dan inilah saya," ucap dia. ν AFP/I-1

Baca Juga: