Jelang musim liburan akhir tahun, Bali kembali membuka pintu kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara mulai 14 Oktober lalu. Dari sekian banyak tempat wisata yang populer di Pulau Dewata, ternyata destinasi desa wisata yang banyak jadi incaran para pelancong.
Menurut data dari Dinas Pariwisata Provinsi Bali (Disparda), dari 9 kabupaten/kota di Bali, tercatat ada total 179 desa wisata hingga saat ini.
Selain karena pemandangannya yang indah dan asri, pelancong memilih berkunjung ke desa wisata karena ingin melihat kebudayaan dan kehidupan masyarakat setempat secara langsung.
Salah satu desa wisata di Bali yang sudah mendunia adalah Desa Penglipuran yang berlokasi di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Dari Denpasar, jarak menuju desa ini sejauh sekitar 45 kilometer dan bisa di tempuh melalui jalan darat sekitar 2 jam. Desa ini terletak di kaki Gunung Batur pada ketinggian 700 meter di atas permukaan laut dan lokasinya berada di jalur wisata Kintamani.
"Hingga saat ini (desa wisata) yang mendunia masih (Desa) Penglipuran, dalam konteks budaya di samping jadi desa wisata," kata I Nyoman Nuarta, Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali.
Saat pertama kali kita menginjakkan kaki di pintu desa ini, kita bisa menyaksikan pola perkampungan penduduk yang linier dan simetris yang jadi ciri khas tersendiri dari Desa Penglipuran ini.
Sepanjang jalan masuk ke desa ini, kita bisa melihat bentuk arsitektur bangunan rumah tradisional yang serupa dan tersusun rapi, asri, dan tenang mulai dari ujung utama desa sampai bagian hilir desa. Posisi daerah utama letaknya lebih tinggi dan semakin menurun sampai ke daerah hilir.
Kita juga bisa melihat pintu gerbang khas Bali (angkul-angkul) yang merupakan akses menuju rumah penduduk yang berada setiap pekarangan terlihat seragam, saling berhadapan dan dipisahkan dengan jalan utama desa menambah keteraturan letak bangunan di Desa Penglipuran ini.
Penataan fisik dan struktur desa ini tidak terlepas dari budaya masyarakatnya yang sudah diwariskan secara turun temurun dan tetap menganut falsafah Tri Hita Karana, sebuah falsafah dalam agama Hindu yang selalu menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan.
Saat di Desa Penglipuran, kita tak semata-mata hanya bisa menyaksikan bentuk arsitektur bangunan rumah tradisional yang indah dan bisa dijadikan objek swafoto karena di desa wisata ini juga terdapat hutan bambu yang dikelola desa adat yang berada di utara desa.
Kita bisa melakukan aktivitas trekking atau bersepeda di sepanjang jalan setapak di tengah hutan bambu yang memiliki luas 45 hektare ini. Sebelum terjadi pandemi, setiap pagi dan sore terutama pada akhir pekan, banyak pengunjung melakukan jogging di hutan bambu Desa Penglipuran ini.
Saat berkunjung ke Desa Penglipuran, jangan lupa untuk menikmati minuman jamu tradisional yang menyegarkan tubuh serta memiliki khasiat mengobati panas dalam yang banyak diproduksi di desa ini yaitu loloh cem-cem. Selain itu kita harus mencoba sueg, jajanan khas Bali yang berbahan utama umbi yang dikukus dan diberi taburan parutan kelapa.
Jika kita ingin tinggal lebih lama di desa ini, tersedia paket menginap dimana tamu bisa tinggal di homestay. Namun jika pelancong tak memiliki waktu banyak, mereka bisa melakukan tour desa yang akan dilayani pemandu wisata setempat.

Desa Tenganan Penghasil Kain Tenun "Gringsing"
Desa Tenganan adalah salah satu desa adat Bali tertua yang terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, bagian timur Bali. Dari Denpasar, jaraknya sekitar 66 kilometer dan bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar 2 jam.
Desa ini banyak dirujuk oleh ilmu sastra budaya Tenganan Pegringsingan yang sangat terkenal di pulau ini. Yang menjadi daya tarik wisatawan datang ke desa wisata ini adalah karena desa ini memiliki pola kehidupan masyarakat lokal yang sangat unik yang merupakan salah satu contoh budaya Desa Bali Aga (prasejarah Hindu) dan berbeda dengan pedesaan lain di dataran Bali.
Bali Aga adalah konsep desa tradisional yang masih sangat menjaga tradisi pakaian adat, kesenian dari dahulu hingga saat ini dan menariknya di Desa Tenganan ini masih menerapkan sistem tradisional dalam transaksi jual beli seperti barter alias tukar menukar barang.
Saat ini, desa ini telah ditetapkan sebagai tempat tujuan wisata yang dapat menyajikan hal-hal yang menarik dan unik yang mampu menambah variasi objek dan daya tarik bagi pelancong untuk datang, apalagi desa ini masih mempertahankan rumah dan adat yang sudah ada sejak dulu kala.
Di desa ini wisatawan bisa membeli kain tenun tradisional khas Tenganan yang bernama kain Gringsing yang ditenun secara tradisional oleh penduduk desa ini. Selain itu setiap tahun sekitar pertengahan bulan Juli, digelar tradisi Mageret Pandan (perang pandan) yang dilakukan oleh pemuda-pemuda desa yang saling serang dengan menggunakan daun pandan berduri.

Pusat Pemahat di Desa Mas
Desa Mas adalah salah satu desa wisata yang berada di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Desa ini telah dikenal oleh wisatawan mancanegara maupun domestik sejak era '30-an sebagai desa pusat pemahat (wood carvers) di Pulau Bali. Oleh karena itu di desa ini terdapat sejumlah art shop yang menjual produksi hasil kerajinan ukiran, patung dan topeng kayu.
Saat berkunjung, wisatawan dapat melihat langsung para seniman yang sedang memahat patung.
Desa Mas terletak di ketinggian 300-400 Mdpl dan berlokasi paling ujung selatan Kecamatan Ubud. Dari Kota Denpasar berjarak 23 kilometer dan bisa ditempuh dengan mobil pribadi atau sepeda motor selama 35 menit.
Desa Mas terletak di jalur lintas menuju Istana Presiden Tampaksiring dari Bandara Ngurah Rai dan searah perjalanan menuju objek wisata Ubud, Tegalalang, Goa Gajah dan Kintamani yang merupakan destinasi wisata dan tujuan tour populer di Bali.
Selain terkenal sebagai desa pusat pemahat, Desa Mas juga memiliki pesona panorama persawahan yang apik sehingga bisa menjadi destinasi wisata alam yang seru. Jika pelancong ingin menikmati lebih lama berada di Desa Mas, mereka bisa menginap di homestay.
Di desa ini juga terdapat sejumlah museum antara lain Museum Arca, Museum Njana Tilem, Museum ARMA, dan Museum Pendet. Masing-masing museum ini menampilkan karya patung dan lukisan seniman dari Bali. Selain itu kita juga bisa mengunjungi Rumah Topeng yang menampilkan koleksi karya topeng dan wayang dari seluruh Indonesia dan beberapa negara. I-1

Baca Juga: