Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus mendorong pengembangan potensi pariwisatanya untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tanpa memberatkan masyarakat. Banyak lokasi unggulan yang akan dikembangkan, salah satunya adalah kawasan Waduk Jatigede.

Belum lama ini, bahkan telah berlangsung even untuk memperkenalkan potensi kawasan Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang. Sebuah festival yang dinamakan Festival Pesona Waduk Jatigede dihelat di Lapangan Tegal Jarong, Desa Cijeungjing, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang akhir September lalu.

Festival Pesona Waduk Jatigede merupakan helaran seni dan budaya yang diikuti enam kecamatan di sekitar Waduk Jatigede, yaitu Kecamatan Jatigede, Kecamatan Jatinunggal, Kecamatan Wado, Kecamatan Darmaraja, Kecamatan Cisitu, dan Kecamatan Situraja.

Selama festival berbagai pertunjukkan khas Sumedang digelar, seperti dari Padepokan Seni Dangiang Jagat atau seni musik bambu, serta pagelaran seni bangreng

Festival Pesona Waduk Jatigede ini sudah berlangsung untuk kedua kalinya. Kali ini mengambil tema Hard Fest 2 dan dibuka oleh Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Pembukaan dilakukan di Panenjoan Waduk Jatigede.

Festival Pesona Jatigede kali kedua ini diikuti oleh berbagai komunitas motor trail dari berbagai daerah tidak hanya dari Jawa Barat, namun juga nasional. Tercatat ada sekitar empat ribu peserta ikut serta dalam festival tahunan ini.

Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang mempunyai potensi besar untuk menjadi sebuah kawasan wisata. Setelah resmi beroperasi pada 2015, waduk ini menjadi ramai pengunjung. Menpar pun menargetkan Waduk Jatigede menjadi kawasan wisata nasional.

"Jatigede akan kita jadikan destinasi wisata kelas nasional. Kita dukung," kata Arief Yahya.

Untuk mendukung hal tersebut, Kementerian Pariwisata juga telah mengembangkan desa wisata di sekitar Jatigede.

Sementara terkait Festival Pesona Waduk Jatigede, Arief menilai meskipun festival ini baru digelar dua kali namun festival ini sukses digelar.

Kawasan Waduk Jatigede Kabupaten Sumedang kini menjadi salah satu daya tarik baru di Jawa Barat. Saat awal penenggelaman, banyak cerita sedih warga yang kampungnya hilang. Namun lambat-laun, waduk ini mulai menghidupi warga sekitar melalui perdagangan dan jasa pariwisata.

Waduk Jatigede merupakan waduk ke dua terbesar di Indonesia setelah Waduk Jatiluhur. Waduk ini telah beroperasi sejak 31 Agustus 2015 berlokasi di 19 kilometer sebelah timur Kota Sumedang. Selain untuk keperluan irigasi dan kelistrikan, Pemkab Sumedang juga akan mengembangkan Waduk Jatigede sebagai kawasan wisata.

Sehingga setiap tahun akan menjadi even rutin untuk menyelenggarakan kegiatan serupa. Festival Pesona Waduk Jatigede pertama yakni pada 2017 pernah diselenggarakan pada 15-16 April. Kegiatan ini menggaet komunitas setempat termasuk komunitas budayanya.

Lalu terakhir saat peringatan World Water Day, Jatigede dipilih sebagai lokasi peringatan yang dihadiri Gubernur Jawa Barat. Selain mengenalkan potensi wisata Jatigede, kegiatan itu juga untuk mengajak masyarakat memelihara air. Ribuan benih ikan pun ditebar.

Sejumlah festival rencananya akan digelar di kawasan Waduk Jatigede ini, baik oleh Pemkab. Sumedang, Provinsi Jabar hingga Kementerian Pariwisata. Tujuannya tentu untuk memperkenalkan wisata alam, budaya, dan ekonomi kreatif yang ada di Kabupaten Sumedang kepada masyarakat, termasuk kepada para komunitas.

Pemandangan dari Puncak Damar

Air Waduk Jatigede nampak kehijauan jika dilihat dari kejauhan. Waduk ini dikelilingi oleh bukit yang cukup tinggi. Sejumlah bukit menjadi spot cukup bagus bagi penikmat fotografi untuk mengabadikan indahnya Waduk Jatigede.

Masyarakat desa wisata sudah mulai berbenah. Di beberapa titik sekitar waduk sudah muncul spot rumah makan sederhana bahkan tempat untuk selfie dengan view Jatigede. Ada salah satu titik yang dinamakan Puncak Damar. Lokasinya di Desa Paku Alam, Kecamatan Darmaraja. Di sini pengunjung akan leluasa melihat waduk dari ketinggian.

Dari view dek yang menjorok ke bibir tebing bukit, akan leluasa untuk menyaksikan Waduk Jatigede dari ketinggian. Dek yang terbuat dari papan kayu itu dikelilingi pagar, dan diujung dek potongan kayu gelondongan dijadikan kursi bagi pengunjung untuk duduk santai melihat Jatigede.

Wisata air tentunya akan lebih banyak tumbuh dan diusahakan oleh warga Sumedang. Misalnya bermain perahu, kano, memancing bahkan menjadi sarana olah raga air seperti jetski. Keberadaan Jatigede ini tentunya akan mendongkrak minat kunjungan ke Sumedang. tgh/R-1

Kuliner Tahu Legendaris

Apa kuliner dari Sumedang yang sudah tidak asing dirasa dan telinga? Jawabannya tentu tahu. Ya, Sumedang memang sudah dikenal luas akan tahu, sehingga meski dijual di luar Sumedang, tetap saja disebut tahu Sumedang.

Jika menilik literasi sejarah kota ini, khususnya tahu, nama kedai Tahu Bungkeng menjadi kedai penjual tahu yang paling lama berdiri. Konon sudah ada sejak 1917, didirikan warga pendatang asal Tiongkok, Ong Kino.

Ia kemudian menyulap rumah sederhananya menjadi sebuah kedai kecil untuk mempromosikan tahu ciptaannya itu. Namun nama Bungkeng menjadi paten setelah kedai Ong Kino diserahkan ke anaknya Ong Bung Keng yang datang dari Tiongkok. Dari nama sang anak, nama Bungkeng lah yang kemudian diabadikan sampai sekarang.

Kini hampir di tiap sudut jalan Sumedang, banyak kedai penjual tahu. Namun soal rasa, tentu tahu Bungkeng memiliki rasa yang lebih gurih. Saat ini, tahu Bungkeng dikelola oleh keturunan ketiga dari Bungkeng. tgh/R-1

Baca Juga: