LILONGWE - Sebuah pesawat yang membawa Wakil Presiden Malawi Saulos Chilima dan sembilan orang lainnya hilang, demikian pernyataan dari kantor kepresidenan.
Pesawat Angkatan Pertahanan Malawi "keluar dari radar" setelah meninggalkan ibu kota, Lilongwe, pada Senin (10/6) pagi, tambahnya.
BBC melaporkan, Pesawat itu seharusnya mendarat di Bandara Internasional Mzuzu, di utara negara itu, tepat setelah pukul 10:00 waktu setempat.
Dalam pidatonya pada Senin malam, Presiden Lazarus Chakwera mengatakan operasi pencarian dan penyelamatan terus berlanjut.
"Tentara masih di lapangan melakukan pencarian dan saya telah memberikan perintah tegas bahwa operasi harus dilanjutkan sampai pesawat ditemukan," katanya.
Chakwera sebelumnya membatalkan penerbangannya ke Bahama, yang dijadwalkan pada Senin malam.
Alasan hilangnya pesawat tersebut belum diketahui, kata Jenderal Valentino Phiri kepada Chakwera. Moses Kunkuyu, menteri informasi Malawi, mengatakan kepada BBC bahwa upaya untuk menemukan pesawat tersebut bersifat "intensif".
Chilima sedang dalam perjalanan untuk mewakili pemerintah pada pemakaman mantan menteri kabinet Ralph Kasambara, yang meninggal tiga hari lalu.
"Bandara yang akan ia mendarat, yang berada di bagian utara Mzuzu, adalah yang paling dekat dengan tempat pemakaman berlangsung," kata Kunkuyu.
Dukungan Internasional
Chakwera mengatakan telah menghubungi pemerintah berbagai negara termasuk AS, Inggris, Norwegia dan Israel, yang semuanya menawarkan dukungan "dalam kapasitas berbeda".
"Termasuk penggunaan teknologi khusus yang akan meningkatkan kapasitas untuk menemukan pesawat lebih cepat."
Chakwera mengatakan bahwa sinyal telekomunikasi menemukan pesawat itu berada dalam radius 10 kilometer dari Riaply, sebuah perusahaan penggilingan kayu di negara miskin di Afrika bagian selatan yang terletak di selatan Mzuzu.
Tentara dikatakan mencari pesawat yang hilang dengan obor dan berjalan kaki, menurut laporan media lokal.
Berbagai laporan yang belum terkonfirmasi beredar bahwa saksi mata melihat sebuah pesawat jatuh ke dalam hutan pada Senin pagi.
Chilima digambarkan di situs pemerintah sebagai seorang yang "berkinerja", "gila kerja" dan "seorang yang berprestasi".
Namun pada 2022, Chilima ditangkap dan didakwa atas tuduhan menerima uang sebagai imbalan atas pemberian kontrak pemerintah.
Bulan lalu, pengadilan membatalkan dakwaan tersebut, tanpa memberikan alasan atas keputusan tersebut.
Sebelum karir politiknya, Chilima memegang peran kepemimpinan penting di perusahaan multinasional seperti Unilever dan Coca Cola.