Ide pesawat layang ditarik oleh pesawat seperti yang biasa digunakan pada olahraga dirgantara, akan diterapkan pada pesawat kargo. Cara ini, jika berhasil, dapat memangkas biaya udara hingga 65 persen dari cara konvensional.

Ide pesawat layang ditarik oleh pesawat seperti yang biasa digunakan pada olahraga dirgantara, akan diterapkan pada pesawat kargo. Cara ini, jika berhasil, dapat memangkas biaya udara hingga 65 persen dari cara konvensional.

Sebuah perusahaan di Texas barat menemukan cara yang sangat sederhana untuk memangkas biaya kargo udara sebanyak 65 persen. Dengan menarik pesawat otonom berupa pesawat layang (glider) pengangkut kargo di belakangnya, hal ini dapat berpotensi melipatgandakan kapasitas muatannya secara signifikan.

Perusahaan rintisan (startup) asal Texas, Aerolane mengatakan penghematan akan jauh lebih besar dengan pesawat layang kargo otonom yang dibuat khusus dan dihubungkan ke pesawat utama dengan tali derek sederhana. Tanpa sistem propulsi, maka akan menghemat seluruh bobot mesin, motor, bahan bakar, atau baterai, apalagi pesawat Aerocart ini tidak memiliki kabin untuk pilot, hanya ruang untuk kargo dan sistem kontrol penerbangan otonom yang menjalankannya.

Aerocart ini akan ditarik di landasan pacu oleh pesawat utama seperti pesawat layang rekreasi. Selanjutnya akan lepas landas kurang lebih bersama dengan pesawat utama, kemudian tetap berada di tali selama fase pelayaran penerbangan. Setelah itu secara mandiri berselancar di belakang pesawat utama untuk mendapatkan hambatan minimal dan daya angkat optimal.

Pesawat layang akan akan mendarat tepat di belakang pesawat utama dengan tali masih terpasang. Namun bisa juga pada akhirnya dilepaskan di tempat yang ideal sehingga bisa turun sendiri dan berpotensi mendarat di landasan yang sama sekali berbeda dari pesawat utama.

Yang terakhir ini akan memerlukan beberapa perselisihan peraturan, tetapi menurutBloomberg, Aerolane yakin pesawat itu tidak boleh diperlakukan jauh berbeda oleh The Federal Aviation Administration (FAA) dibandingkan pesawat layang rekreasi biasa.

Aerolane sejauh ini telah menerbangkan dua prototipe yang disebutautomated tow cargo glider. Yang pertama adalah Virus Pipistrel seberat 1.000 pon yang telah dikonversi dan yang kedua adalah pesawat pendorong Velocity SE canard, yang juga telah dikonversi untuk tugas ini. Keduanya menjalankan sistem autopilot milik Aerolane yang dirancang khusus untuk melayang berselancar di pusaran udara dengan efisien.

Keduanya masih memiliki mesin di dalamnya, namun Aerolane bekerja sama dengan FAA untuk mendapatkan izin mulai membuat pesawat tanpapowertrainyang menggunakan bahan ringan. Pada saat ini, mereka akan membangun pesawat layang kargo seberat 3 ton dan kemudian versi 10 ton.

Perusahaan telah mengumpulkan dana awal sekitar 11,5 juta dollar AS untuk memulai proyek ini. Selain itu juga telah menetapkan target tahun 2025 untuk ketersediaan awal dari pesawat layang tersebut di pasaran.

Perusahaan ini belum memiliki pelanggan awal yang mendaftar, namun setelah prototipe khusus mereka dijadikan patokan, gagasan tentang kecepatan udara dibandingkan kecepatan darat bisa membuat operasi pengangkutan tertarik, bahkan jika pesawat layang derek ini pasti beroperasi, akan membuat terperangah di mana pun pesawat ini lepas landas atau mendarat.

Ide dari "Glider"

Pesawat layang atau pesawatglideradalah pesawat yang lebih berat dari udara yang biasanya digunakan untuk penerbangan tanpa mesin. Model ini dibagi menjadi dua kategori yaituglidermurni dan pesawat layar (sailplane).

Umumnya pesawat layang adalah salah satu jenis pesawat terbang yang didesain untuk keperluan latihan dan olahraga udara. Pesawat ini biasanya tidak dilengkapi dengan mesin pendorong, sehingga untuk dapat terbang dia harus ditarik dengan kendaraan atau pesawat terbang bermesin.

Namun ada beberapa jenis pesawat layang yang dilengkapi motor penggerak dalam rangka meningkatkan jangkauan atau bahkan untuktake-offdanlandingsecara mandiri tanpa perlu ditarik pesawat bermesin. Bahan dari struktur pesawatgliderterbuat dari komponen yang ringan namun memiliki kekuatan serta kekakuan yang tinggi.

Pesawat luncur juga dilengkapi dengan alat pendarat sertaflight control devicessepertirudder,ailerondanelevatoruntuk bermanuver. Jumlah konfigurasi untuk penumpangnya bisa dua atau satu, bergantung keperluannya.

Untuk keperluan latihan biasanya itu didesain dengantandem seat(depan dan belakang) sebab bodi pesawat berukuran sempit. Instrumen-instrumen penting seperti altimeter, kompas,turn and bank indicatorsertaairspeed indicatormenjadi perlengkapan standar bagi alat olahraga ini.

Dalam kasus yang umum,gliderakan ditarik oleh pesawat lain sampai ketinggian tertentu dengan menggunakan kabel baja. Setelah sampai pada ketinggian yang direncanakan, kabel akan dilepas sehingga pesawatgliderakan bebas melayang di udara sesuai dengan kehendak pilotnya.

Salah satu variabel yang dinilai dalam olahraga menerbangkan pesawat ini adalah besarnya rentang waktu pesawat ini berada di udara sebelum akhirnya mendarat. Untuk memenuhi misitrainingdan olahraga ini, maka sayap pesawat luncur dirancang dengan nilai aspek rasio yang tinggi.

Sebagaimana dalam teori aerodinamika disebutkan bahwa semakin tinggi nilai aspek rasio suatu sayap, maka dia akan mempunyai gaya angkat yang besar. Secara fisik sebuah sayap dengan aspek rasio tinggi akan terlihat pada ukuran rentang sayap yang sangat panjang bila dibandingkan dengan lebarnya. Dengan desain seperti ini, makagliderakan mampu melayang di udara tanpa mesin dengan durasi yang cukup panjang.

Sebuah pesawat layang murni dirancang hanya untuk melayang turun. Namun katagliderdigunakan secara luas oleh banyak orang untuk menunjuk ke seluruh jenis pesawat layang. Istilahglidermurni dapat juga digunakan untuk membedakanglidertanpa mesin dangliderbermesin.

Pesawatgliderpertama yang diterbangkan di Eropa adalah Coachman Carrier buatan Sir George Cayley (1853). Coachman Carrier merupakan sebuahglidermurni. Otto Lilienthal dan Percy Pilcher adalahpioneerlainnya dalam pengembangan aviasi jenis ini.

Contoh lain adalahGlidermiliter yang digunakan selama Perang Dunia II untuk mendukung operasi paratrooper. Pesawat ini digunakan untuk penerbangan tunggal saja. Pendaratan pasukan olehglideryang disebut sebagaiairlandingsebagai pendukung pasukan terjun payung.

Sebuah pesawat kargo yang khas bisa membawa 8 sampai 10 tentara, tetapi pesawat yang sama bisa menarikgliderdengan 20 orang di dalamnya. Selanjutnyagliderbisa dilepas pada jarak tertentu dari target yang sebenarnya, sehingga lebih sulit bagi musuh untuk menebak arah mereka.

Gliderbesar juga digunakan untuk mendaratkan alat berat seperti senjata antitank dan jip, yang merupakan peningkatan besar dalam daya yang tersedia untuk pasukan terjun payung. Salah satu cerita yang paling terkenal melibatkanglider militer dalam pengambilan dari Pegasus Bridge selama D-Day invasi Normandia pada 6 Juni 1944 dini hari dimana sekitar 30 personel pasukan sekutu sanggup diterbangkan dengan pesawat layang pengangkut pasukan Airspeed Horsa.hay/I-1

Baca Juga: