KATHMANDU - Pesawat bermuatan 72 orang jatuh di Nepal pada Minggu (15/1), Yeti Airlines dan pejabat setempat melaporkan.

"Ada 68 penumpang dan empat awak. Penyelamatan sedang dilakukan, kami tidak tahu sekarang apakah ada yang selamat," kata juru bicara maskapai Yeti Airlines Sudarshan Bartaula kepada AFP.

Pesawat itu jatuh di antara bandara Pokhara lama dan baru di Nepal tengah.

Puing-puing terbakar dan tim penyelamat berusaha memadamkan api, kata Gurudutta Dhakal, pejabat setempat.

"Petugas sudah sampai di sana dan berusaha memadamkan api. Semua instansi sekarang fokus memadamkan api terlebih dahulu dan menyelamatkan penumpang," kata Dhakal.

Industri penerbangan Nepal telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, membawa barang dan orang ke daerah-daerah yang sulit dijangkau serta pendaki gunung, lokal maupun asing.

Penerbangan kerap terkendala oleh keamanan yang buruk karena pelatihan dan pemeliharaan yang tidak memadai.

Uni Eropa telah melarang semua maskapai penerbangan Nepal ke wilayah udaranya karena masalah keamanan.

Negara Himalaya ini juga memiliki beberapa landasan pacu paling terpencil dan rumit di dunia, diapit oleh puncak gunung yang tertutup salju dengan pendekatan yang menimbulkan tantangan bahkan bagi para pilot ulung.

Operator pesawat mengatakan, Nepal tidak memiliki infrastruktur untuk prakiraan cuaca yang akurat, terutama di daerah terpencil dengan medan pegunungan yang menantang di mana kecelakaan mematikan pernah terjadi di masa lalu.

Cuaca juga dapat berubah dengan cepat di pegunungan, menciptakan kondisi terbang yang berbahaya.

Pada Mei 2022, 22 orang di dalam pesawat yang dioperasikan maskapai Nepal Tara Air - terdiri dari 16 orang Nepal, empat orang India, dan dua orang Jerman - tewas saat jatuh di area pegunungan.

Kontrol lalu lintas udara kehilangan kontak dengan Twin Otter berbaling-baling ganda tak lama setelah lepas landas dari Pokhara dan menuju Jomsom, tujuan trekking yang populer.

Puing-puingnya ditemukan sehari kemudian, berserakan di lereng gunung di ketinggian sekitar 4.400 m.

Sekitar 60 orang terlibat dalam misi pencarian, kebanyakan dari mereka berjalan menanjak bermil-mil untuk sampai ke sana.

Setelah kecelakaan itu, otoritas memperketat peraturan, termasuk bahwa pesawat hanya akan diizinkan terbang hanya jika ada ramalan cuaca yang baik di seluruh rute.

Pada Maret 2018, sebuah pesawat US-Bangla Airlines mendarat darurat di dekat bandara internasional Kathmandu yang terkenal sulit, menewaskan 51 orang.

Kecelakaan itu adalah yang paling mematikan di Nepal sejak 1992, ketika semua 167 penumpang pesawat Pakistan International Airlines tewas ketika jatuh saat mendekati Kathmandu.

Hanya dua bulan sebelumnya, sebuah pesawat Thai Airways jatuh di dekat bandara yang sama, menewaskan 113 orang.

Baca Juga: