Pesan damai yang diguratkan pada lipatan jutaan origami burung bangau yang memenuhi Tugu Perdamaian di Hiroshima, kembali digaungkan saat abu sisa pembakaran origami itu digunakan untuk membuat cinderamata simbol perdamaian.

Di sebuah kuil di lereng bukit, seorang biksu berjubah saffron meniup refrain pada kerang berbentuk terompet dan mulai melantunkan doa saat ribuan origami burung bangau yang disumbangkan ke Hiroshima dibakar.

Selama satu dekade, kuil Buddha Daisho-in di Pulau Miyajima yang menghadap ke Kota Hiroshima, telah mengadakan ritual pembakaran jutaan origami burung bangau yang dikirim ke kota itu setiap tahun.

Upacara ini dimaksudkan untuk menghormati harapan yang terlipat ke dalam setiap miniatur burung kertas. Dan sejak 2015, abu dari origami bangau yang dibakar itu telah digunakan untuk melapisi keramik pembakar dupa dan tempat lilin, termasuk yang diberikan kepada Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy oleh Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dalam perjalanan pulang ke Kyiv.

Origami burung bangau telah berdatangan ke Hiroshima selama beberapa dekade, terinspirasi oleh Sadako Sasaki, yang baru berusia dua tahun ketika Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota itu pada 6 Agustus 1945.

Dia menderita leukemia dan saat dirawat di rumah sakit, ia mulai melipat origami burung bangau sesuai dengan tradisi yang menyatakan bahwa melipat 1.000 origami burung bangau dapat membuat keinginan menjadi kenyataan.

Sasaki meninggal pada usia 12 tahun dan ia adalah salah satu dari sekitar 140.000 orang yang terbunuh oleh bom seketika atau setelahnya, dan telah menjadi simbol kuat dari efek bom dan cara yang populer untuk mendidik anak-anak tentang serangan itu.

Selama bertahun-tahun, origami burung bangau yang dikirim ke Hiroshima ditinggalkan begitu saja di tugu peringatan, dan terkadang petugas kebersihan kota membuangnya. Baru pada tahun 2012, ketika kota itu mencari cara yang lebih baik untuk menangani burung bangau, Kinya Saito dari Proyek Nagomi, sebuah kelompok perdamaian, mengusulkan untuk

membakarnya secara ritual.

"Saya berpikir tentang ide emosi yang dilepaskan dengan asap dan dikirim ke korban bom atom," kata penduduk asli Hiroshima itu kepadaAFP.

Seorang biksu di Daisho-in bernama Yoyu Mimatsu, telah memimpin upacara pembakaran itu selama satu dekade terakhir. Setelah meniup kerang berbentuk terompet, ia duduk di meja di depan lubang api dan memukul mangkuk doa sebelum memulai nyanyian untuk arwah para korban bom.

"Saya juga memanjatkan doa untuk perasaan dan asa orang-orang dari seluruh dunia, doa untuk perdamaian yang terlipat di setiap burung bangau kertas, untuk mencapai surga," kata pria berusia 57 tahun itu kepadaAFP.

Temukan Solusi

Sementara Kuil Daisho-in secara sukarela membakar origami burung bangau, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan sisa abunya. Lalu mereka menemukan solusinya di Taigendo, sebuah studio tembikar yang selama lebih dari 100 tahun telah memproduksi keramik menggunakan pasir suci dari bawah kuil Miyajima.

Pembuat tembikar generasi ketiga yang menjalankan studio, Kosai Yamane, sudah menggunakan abu dari api abadi yang menyala di Miyajima untuk melapisi keramiknya dan bersedia untuk menggunakan abu origami burung bangau dengan cara yang sama.

Kreasinya ini adalah proyek artistik, tetapi juga sangat pribadi bagi Yamane, yang ibunya berusia 14 tahun pada saat serangan bom itu.

"Dia memiliki bekas luka bakar di sikunya, dan sebagai seorang anak, saya tidak pernah

melihatnya mengenakan apa pun kecuali baju lengan panjang," kata Yamane kepadaAFP.

"Dia tidak pernah membicarakannya. Saya merasa dia mencoba segalanya untuk menghindari perhatian, untuk menghindari membicarakannya," imbuh dia.

Yamane segera tahu bahwa abu dari origami burung bangau tidak dapat digunakan untuk melapisi barang-barang sehari-hari seperti cangkir atau mangkuk. "Saya ingin membuat sesuatu yang menyampaikan pesan perdamaian dari Hiroshima," kata dia.

Dia pertama-tama membuat keramik pembakar dupa berbentuk bangau yang halus dan kemudian mulai memproduksi tempat lilin. Tempat lilin ini memiliki atasan berbentuk kubah yang meniru bentuk Children's Peace Memorial dan ukiran burung bangau.

Lilin diletakkan di bawah kubah di atas piring yang dilapisi abu, dan glasirnya membantu memantulkan cahaya untuk menghasilkan cahaya oranye yang hangat.

Yamane terkejut tetapi senang mengetahui PM Kishida telah memberi Presiden Zelenskyy kreasinya saat ia berkunjung ke Ukraina pada Maret lalu. "Saya merasa bahwa pesan perdamaian dari orang-orang, berada di tempat yang tepat," ucap pria berusia 60 tahun itu.

"Pesan ini berkumpul di Hiroshima, tetapi tidak hanya datang dari Jepang, namun juga datang dari seluruh dunia, dan dibawa bersama ketika origami burung bangau dibakar," pungkas dia. νAFP/I-1

Baca Juga: