Korea Utara tidak mengirimkan pasukan ke Russia untuk membantu Moskow memerangi Ukraina, kata Perwakilannya di PBB
PBB - Korea Utara tidak mengirimkan pasukan ke Russia untuk membantu Moskow memerangi Ukraina, kata salah satu perwakilannya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Senin (21/10), menyebut klaim Seoul sebagai "rumor yang tidak berdasar".
Jumat lalu, Badan mata-mata Seoul mengatakan Pyongyang mengirim pasukan "berskala besar" untuk membantu sekutunya, mengklaim 1.500 pasukan khusus sudah berlatih di Timur Jauh Russia dan siap untuk segera menuju garis depan perang Ukraina.
"Mengenai apa yang disebut kerja sama militer dengan Russia, delegasi saya tidak merasa perlu mengomentari rumor stereotip yang tidak berdasar tersebut," kata seorang perwakilan Korea Utara dalam sebuah pertemuan komite selama Majelis Umum PBB.
Klaim Seoul tersebut "ditujukan untuk mencoreng citra DPRK (Korea Utara) dan merusak hubungan yang sah, bersahabat, dan kooperatif antara dua negara berdaulat," kata perwakilan tersebut dalam pertemuan yang diadakan Senin malam di New York.
Pyongyang dan Moskow telah menjadi sekutu sejak berdirinya Korea Utara setelah Perang Dunia II, dan semakin dekat sejak invasi Russia ke Ukraina tahun 2022. Seoul dan Washington telah lama mengklaim bahwa Kim Jong Un telah mengirim senjata untuk digunakan di Ukraina.
Media pemerintah Korea Utara belum mengomentari dugaan pengerahan pasukan tersebut.
Russia juga belum mengonfirmasi pengerahan pasukan, tetapi membela kerja sama militernya dengan Korea Utara.
Setelah Seoul memanggil duta besar Moskow di Korea Selatan untuk mengajukan keluhan, utusan tersebut "menekankan bahwa kerja sama antara Russia dan Korea Utara... tidak ditujukan untuk melawan kepentingan keamanan Korea Selatan."
Baik NATO maupun AS belum mengonfirmasi pengerahan pasukan tersebut, tetapi keduanya menganggapnya sebagai eskalasi yang berpotensi berbahaya dalam konflik Ukraina yang telah berlangsung lama.
"Kami telah melihat laporan bahwa DPRK telah mengirim pasukan dan bersiap untuk mengirim tentara tambahan ke Ukraina untuk bertempur bersama Russia," kata Robert Wood, duta besar AS untuk PBB, kepada Dewan Keamanan.
"Jika benar, ini menandai perkembangan yang berbahaya dan sangat memprihatinkan serta jelas memperdalam hubungan militer DPRK-Russia," kata Wood.
Amerika Serikat dan sekutunya telah menyuarakan kekhawatiran tentang Korea Utara yang menyediakan senjata kepada Rusia, yang menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
Mendesak Penarikan Pasukan Segera
Pemerintah Korea Selatan "mengutuk keras" Korea Utara pada hari Selasa, mendesak agar pasukan Korea Utara segera ditarik.
"Korea Utara, yang telah menyediakan persenjataan militer berskala besar kepada Russia, mengirimkan pasukan ke perang agresi ilegal Russia di Ukraina merupakan ancaman keamanan yang signifikan tidak hanya bagi negara kami tetapi juga bagi masyarakat internasional," kata Dewan Keamanan Nasional.
Pemerintah "mendesak penarikan segera pasukan Korea Utara dan menyatakan bahwa jika aliansi militer saat ini antara Korea Utara dan Russia berlanjut, mereka tidak akan tinggal diam."
"Menanggapi kemajuan kerja sama militer antara Russia dan Korea Utara menyusul pengerahan pasukan tempur Korea Utara, pemerintah akan menerapkan tindakan penanggulangan bertahap," tambahnya.
Pada hari Selasa, kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan Seoul sedang mempertimbangkan untuk mengirim tim personel ke Ukraina untuk memantau pasukan Korea Utara yang dikerahkan, mengutip sumber pemerintah.
Menurut sumber tersebut, tim tersebut kemungkinan akan terdiri dari personel militer dari divisi intelijen untuk menganalisis strategi medan perang Korea Utara dan berpartisipasi dalam menginterogasi setiap tawanan perang yang ditangkap.
Yonhap juga melaporkan, akun Telegram pro-Russia mengunggah foto yang menunjukkan bendera Russia dan Korea Utara berdampingan di medan perang Ukraina.