Ketegangan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina makin memuncak. Namun begitu, proses negosiasi untuk menghentikan perang sudah mulai dilakukan.

Melansir dari CNN International Selasa (1/3), delegasi Rusia dan Ukraina bertemu di perbatasan Belarusia kemarin. Akan tetapi, pertemuan perdana pasca serangan Rusia tersebut belum membuahkan hasil gencatan senjata.

"Delegasi Ukraina dan Rusia mengadakan negosiasi putaran pertama," ujar penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mikhaylo Podolyak, kepada wartawan usai perundingan.

"Tujuan utama mereka adalah untuk membahas gencatan senjata dan mengakhiri aksi pertempuran di wilayah Ukraina. Para pihak telah menentukan topik di mana keputusan tertentu dipetakan. Agar keputusan ini dapat diambil alih," terangnya.

"Diimplementasikan sebagai roadmap, para pihak kembali untuk berkonsultasi ke ibu kotanya. Para pihak berdiskusi mengadakan putaran negosiasi lagi di mana keputusan ini dapat dikembangkan."

Kepala Delegasi Rusia Vladimir Medinsky menyebutkan kepada media bahwa belah pihak sudah setuju perundingan putaran kedua. "Kami sepakat," katanya.

Selain itu, dalam pernyataannya setelah berbincang dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron Senin (28/2), Presiden Rusia Vladimir Putin menerangkan syarat invasi bisa dirinya dihentikan. Pertama, Ukraina harus bersikap netral dan tidak memihak pada Barat.

Hasil dari pernyataan dari Rusia, dirinya menyebutkan solusi konflik Ukraina merupakan negeri itu harus menghapus "pengaruh Nazi atau praktik fasisme" dan "tindakan represif (denazifikasi) dan demiliterisasi". Dirinya mengatakan hal itu khususnya untuk wilayah Ukraina Timur, yang ia klaim jadi target diskriminasi dan genosida.

Melansir dari Reuters, Putin juga meminta Ukraina mengakui secara resmi kontrol Rusia atas Krimea, wilayah Ukraina yang dicaplok Moskow 2014. Krimea merupakan wilayah teritorial selatan Ukraina dan berbatasan langsung dengan Laut Hitam.

Diketahui, sebelumnya Rusia melakukan serangan ke Ukraina sejak 24 Februari. Ini berselang dua hari setelah Putin mengakui dua wilayah pemberontak di Ukraina Timur sebagai negara merdeka.

Sampai pada Senin (28/2), tim pemantau hak asasi manusia (HAM) PBB telah mengonfirmasi 102 warga sipil tewas dan 304 lainnya terluka di Ukraina.

Demikian, lebih dari setengah juta warga telah mengungsi dari Ukraina sejak Rusia meluncurkan invasi skala penuh. Mayoritas warga Ukraina itu mengungsi ke negara tetangga, Polandia.

Baca Juga: