Kesehatan kuku dapat menunjukkan banyak hal tentang kesehatan Anda secara keseluruhan. Para peneliti kini telah menemukan bahwa perubahan warna alami kuku dapat menandakan risiko seseorang terkena kanker.

Menurut sebuah studi yang dipimpin oleh US National Institutes of Health (NIH), keberadaan onychopapilloma, kelainan kuku jinak yang ditandai dengan pita berwarna putih atau merah di sepanjang kuku dan penebalan kuku, dapat menyebabkan sindrom predisposisi tumor BAP1.

Sindrom predisposisi tumor BAP1 adalah kelainan bawaan yang jarang terjadi, yang terkait dengan peningkatan risiko tumor kanker pada kulit, mata, ginjal, dan mesotelium yang melapisi dada dan perut. Hal ini disebabkan oleh mutasi pada gen BAP1, yang biasanya bertindak sebagai penekan tumor.

Temuan penelitian yang dipublikasikan di Jama Network dibuat setelah tim mengevaluasi kelainan kuku pada 47 orang yang terdaftar di Pusat Klinis NIH untuk skrining varian BAP1. Para peserta berasal dari 35 keluarga.

"Ketika ditanya tentang kesehatan kuku selama penilaian genetik awal, seorang pasien yang sangat cerdik melaporkan bahwa dia telah melihat perubahan halus pada kukunya. Komentarnya mendorong kami untuk secara sistematis mengevaluasi peserta lain untuk perubahan kuku dan mengungkap temuan baru ini," kata salah satu penulis utama, Alexandra Lebensohn, dari Institut Kanker Nasional NIH, dikutip dari Medical Daily, Selasa (21/5).

Melalui biopsi, para peneliti mengkonfirmasi kecurigaan adanya Onychopapilloma pada para partisipan. Onychopapilloma biasanya hanya menyerang satu kuku. Namun, lebih dari 88% partisipan dengan sindrom disposisi tumor BAP 1, yang berusia 30 tahun ke atas, mengalami kondisi tersebut pada beberapa kuku.

"Temuan ini jarang terlihat pada populasi umum, dan kami percaya bahwa adanya perubahan kuku yang menunjukkan onikopapiloma pada beberapa kuku harus segera dipertimbangkan untuk diagnosis sindrom predisposisi tumor BAP1," ujar seorang penulis studi.

Berdasarkan hasil penelitian, para peneliti merekomendasikan skrining kuku pada pasien dengan riwayat melanoma pribadi atau keluarga atau keganasan terkait BAP1 lainnya.

"Penemuan ini adalah contoh yang sangat baik tentang bagaimana tim multidisiplin dan studi sejarah alam dapat mengungkapkan wawasan tentang penyakit langka," pungkasnya.

Baca Juga: