SINGAPURA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Rabu (25/10), memperingatkan kondisi lingkungan dunia sedang menuju titik kritis yang menyebabkan kerusakan permanen pada pasokan air dan sistem pendukung kehidupan lainnya.

Institut Lingkungan dan Keamanan Manusia Universitas PBB atau UN University's Institute for Environment and Human Security (UNU-EHS) melaporkan perubahan iklim dan penggunaan sumber daya yang berlebihan telah menempatkan dunia di ambang enam titik kritis yang saling berhubungan yang dapat memicu perubahan mendadak dalam sistem pendukung kehidupan dan mengguncang fondasi masyarakat.

"Setelah ambang batas ini terlampaui, sistem akan gagal berfungsi seperti biasanya, dan ada risiko baru yang menyebar, dan risiko baru ini dapat berpindah ke sistem lain," kata peneliti UNU-EHS, Jack O'Connor, penulis utama laporan tersebut.

"Kami memperkirakan hal ini akan terjadi karena sudah terjadi di beberapa wilayah," katanya.

Seperti dikutip dari The Straits Times, dalam laporan yang diterbitkan menjelang pembicaraan iklim atau Conference of the Parties 28 (COP-28) pada November, mengidentifikasi percepatan laju kepunahan, penipisan air tanah, pencairan gletser, dan panas ekstrem sebagai ancaman utama yang saling berhubungan.

Laporan juga memperingatkan bahwa satu juta tanaman dan hewan dapat musnah dalam beberapa dekade.

"Hilangnya spesies-spesies penting akan memicu kepunahan spesies-spesies yang bergantung pada ekosistem, dan meningkatkan kemungkinan keruntuhan ekosistem," ujarnya.

Banyak akuifer terbesar di dunia sudah terkuras lebih cepat dibandingkan kemampuan untuk mengisinya kembali, dan Arab Saudi, India, dan Amerika Serikat (AS) sudah menghadapi risiko besar. Limpasan dari pencairan gletser juga akan menurun.

"Panas menyebabkan kita mengambil lebih banyak air tanah karena kekeringan," kata Caitlyn Eberle, penulis utama lainnya.

"Banyak dari gletser di Pegunungan Rocky, Himalaya, dan Andes mengalir ke sungai-sungai dan sistem air tanah, sehingga ketika gletser-gletser tersebut hilang maka semakin sedikit air yang tersedia," terang Eberle.

Puing Ruang Angkasa

Para peneliti juga memperingatkan akan semakin besarnya risiko yang ditimbulkan oleh puing-puing ruang angkasa, dengan tabrakan yang akan membuat orbit Bumi tidak dapat digunakan dan membuat aktivitas luar angkasa di masa depan, termasuk pemantauan satelit terhadap ancaman lingkungan, menjadi tidak mungkin dilakukan.

Pada titik kritis lainnya, memburuknya bahaya iklim kini membuat asuransi menjadi tidak terjangkau, dengan setengah juta rumah di Australia saja akan tidak dapat diasuransikan pada 2030.

"Setelah poin ini terlampaui, masyarakat tidak akan memiliki jaring pengaman ekonomi ketika terjadi bencana," kata laporan tersebut.

Baca Juga: