PARIS - Perubahan iklim telah mengurangi miliaran dollar AS perekonomian dunia, dan negara-negara berkembang paling terkena dampaknya, menurut laporan baru yang diterbitkan pada 28 November menjelang perundingan iklim COP-28.

Laporan Universitas Delaware memperkirakan bahwa dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia mengurangi 6,3 persen output ekonomi global tahun lalu, jika ditimbang berdasarkan populasi.

Angka-angka itu mencerminkan dampak langsung perubahan iklim - seperti gangguan terhadap pertanian dan manufaktur, dan berkurangnya produktivitas akibat panas tinggi - serta dampak limpahan terhadap perdagangan dan investasi global.

"Dunia menjadi triliunan dollar AS lebih miskin akibat perubahan iklim dan sebagian besar beban tersebut ditanggung oleh negara-negara miskin," kata penulis utama James Rising dari University of Delaware.

"Saya berharap informasi ini dapat memperjelas tantangan yang dihadapi banyak negara saat ini dan dukungan yang sangat mereka perlukan untuk mengatasinya," tambahnya.

Jika dihitung tanpa memperhitungkan dampak yang ditanggung oleh rata-rata orang, kerugian PDB global adalah 1,8 persen dari produk domestik bruto (PDB) atau sekitar 1,5 triliun dollar AS pada tahun 2022.

"Perbedaan antara kedua angka tersebut mencerminkan distribusi dampak yang tidak merata, yang terkonsentrasi di negara-negara berpenghasilan rendah dan wilayah tropis yang biasanya memiliki populasi lebih banyak dan PDB lebih sedikit," kata para penulis dalam sebuah pernyataan.

Paling Terdampak

Negara-negara kurang berkembang mengalami penurunan PDB tertimbang populasi yang lebih tinggi, yakni sebesar 8,3 persen, dengan Asia Tenggara dan Afrika Selatan yang paling terkena dampaknya yaitu masing-masing kehilangan 14,1 persen dan 11,2 persen PDB mereka.

Di sisi lain, beberapa negara maju justru diuntungkan. Berkat musim dingin yang lebih hangat, Eropa mengalami kenaikan bersih PDB sebesar hampir lima persen tahun lalu.

Baca Juga: