JAKARTA - Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperingatkan perubahan iklim atau climate change menjadi ancaman terbesar pada 2024. Selain itu, dinamika politik dan serangan siber atau cyber attack berada di urutan berikutnya sebagai ancaman tahun ini.

"Pada 2024, climate change itu menjadi risiko tertinggi, kemudian ada satu lagi risiko yang meningkat itu adalah masalah politik, cyber risk (serangan siber) itu masuk ke peringkat kelima," ujar Peneliti Senior CORE Indonesia, Etika Karyani dalam acara Outlook Ekonomi Sektor- Sektor Strategis oleh Core Indonesia di Jakarta, Selasa (23/1).

Untuk sektor jasa keuangan, Etika menyebut terdapat tiga isu utama yang akan mempengaruhi, diantaranya tahun politik yang berpotensi meningkatkan konsumsi dan menahan investasi, serta era suku bunga tinggi yang berpotensi menahan pertumbuhan kredit.

"Yang menarik di tahun politik ini adalah konsumsi naik, tapi investasi tertahan. Dan suku bunga mungkin tetap tinggi di 6 persen, BI baru merencanakan menurunkan suku bunga di kuartal I-2024," ujar Etika.

Kemudian, menurutnya, pemulihan pascacovid-19 berpotensi akan meningkatkan aktivitas dan konsumsi masyarakat. "Endemi Covid- 19 ini ada peluang bagi industri keuangan karena ada potensi meningkatnya aktivitas dan konsumsi," ujar Etika.

Dalam kesempatan ini, dia mengatakan apabila bank sentral Amerika Serikat (AS) _e Fed menurunkan tingkat suku bunga acuannya, maka Bank Indonesia (BI) akan mengikuti penurunan tersebut. "Kalau _e Fed menurunkan pada kuartal I-2024, mungkin BI akan merubah kebijakannya. Tapi, juga ada lain yang perlu dipertimbangkan yaitu in_asi, in_asi harus 1,5 sampai 3,5 persen sesuai target," ujar Etika.

Meski demikian, apabila suku bunga acuan turun, lanjutnya, tidak serta merta industri perbankan di tanah air menurunkan tingkat suku bunganya. "Tapi perbankan tidak serta merta mengikuti, dia butuh waktu untuk menurunkan suku bunga, paling suku bunga perbankan baru turun pada akhir 2024 atau 2025," ujar Etika.

Target Pertumbuhan

Seperti diketahu, dalam APBN 2024, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2 persen. Angka tersebur sedikit di atas target pertumbuhan ekonomi 2023 sebesar 5,1 persen.

Sementara itu, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 sebesar 4,9 persen. Lembaga kreditur multilateral berbasis di Washington DC, AS itu beralasan pertumbuhan di bawah 5 persen itu karena adanya perlemahan harga komoditas global yang akan menekan ekspor dan pendapatan Indonesia.

Selain itu, Bank Dunia juga mengkhawatirkan perlambatan ekonomi Tiongkok yang berdampak pada ekonomi Indonesia. Karena Tiongkok merupakan salah satu tujuan ekspor terbesar Indonesia. Kemudian pada 2024, Indonesia memasuki tahun politik yang berpotensi menghambat aliran investasi masuk karena investor masih wait and see atau menunggu.

Baca Juga: