Seperempat spesies ikan air tawar di seluruh dunia terancam punah akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

DUBAI - Penilaian yang diterbitkan oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam atau International Union for Conservation of Nature (IUCN), pada hari Senin (11/12), menyebutkan seperempat spesies ikan air tawar di seluruh dunia terancam punah, menyoroti meningkatnya dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia terhadap satwa liar di planet ini.

Dikutip dari The Straits Times, IUCN juga memperbarui daftarnya untuk mencerminkan ancaman perubahan iklim terhadap Salmon Atlantik, penyu hijau, dan pohon mahoni berdaun besar.

"Perubahan iklim mengancam keanekaragaman kehidupan yang ada di planet kita dan melemahkan kapasitas alam untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia," kata Direktur Jenderal IUCN, Grethel Aguilar, dalam sebuah pernyataan.

Dari hampir 15.000 spesies ikan air tawar yang dinilai, 25 persennya berisiko punah dan setidaknya 17 persen di antaranya menderita akibat perubahan iklim, termasuk fluktuasi permukaan air dan pergeseran musim.

IUCN mengurutkan risiko kepunahan suatu spesies dalam sembilan kategori mulai dari tidak dievaluasi hingga punah.

Salmon Atlantik mengalami penurunan sebesar 23 persen antara tahun 2006 dan 2020, naik statusnya dalam daftar dari paling tidak mengkhawatirkan menjadi hampir terancam.

"Pemanasan global mempengaruhi semua tahap siklus hidupnya, berkurangnya mangsa, memungkinkan berkembangnya spesies invasif, dan meningkatkan kematian salmon muda karena polusi air yang sebagian besar disebabkan oleh penebangan kayu dan pertanian," kata IUCN dalam sebuah pernyataan.

Terancam Punah

Penyu hijau di Pasifik Selatan Tengah dan Pasifik Timur masing-masing diklasifikasikan sebagai terancam punah dan rentan dalam pembaruan ini.

Meningkatnya suhu laut menurunkan keberhasilan penetasan dan mengurangi ketergantungan penyu hijau lamun sebagai makanan. Naiknya permukaan air laut membanjiri sarang dan menenggelamkan penyu muda, sementara penyu dewasa sering kali ditangkap dan dibunuh sebagai produk sampingan dari industri penangkapan ikan.

Pohon mahoni berdaun besar direklasifikasi dari rentan menjadi terancam punah karena pemanenan kayu yang tidak berkelanjutan dan perambahan pertanian di hutan tropis tempat pohon tersebut tumbuh. Namun, daftar yang diperbarui juga menunjukkan kekuatan upaya konservasi.

Kijang bertanduk pedang berubah dari punah di alam liar menjadi terancam punah setelah para pelestari lingkungan berhasil memperkenalkan kembali spesies itu di Chad.

Antelop saiga yang sebelumnya sangat terancam punah naik menjadi hampir terancam dalam daftar. Antara tahun 2015 dan 2022, populasinya, yang sebagian besar tinggal di Kazakhstan, meningkat sebesar 1.100 persen sebagai akibat dari tindakan dan penegakan hukum yang ketat terhadap perburuan liar.

Namun, kedua spesies ini berisiko mengalami peningkatan ancaman perubahan iklim di wilayah tempat mereka tinggal.

Kijang bertanduk pedang menghadapi kekeringan yang lebih sering dan parah di wilayah Sahel Afrika. Pada tahun 2015, antelop saiga menderita kematian massal karena suhu dan kelembapan yang sangat tinggi di wilayah itu.

"Untuk memastikan hasil dari tindakan konservasi dapat bertahan lama, kita perlu secara tegas mengatasi krisis iklim dan keanekaragaman hayati yang saling terkait," kata Presiden IUCN, Razan Al Mubarak.

Daftar Merah IUCN kini mencakup 157.190 spesies, 44.016 di antaranya terancam punah. Daftar terbaru ini muncul ketika negara-negara berpacu dengan waktu untuk mencapai kesepakatan pada Konferensi Iklim PBB, Conference of the Parties 28 (COP- 28) tahun ini di Dubai, yang dijadwalkan berakhir pada Selasa.

Baca Juga: