Saat sesi ke-53 Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Kepala HAM PBB, Volker Turk, menyatakan bahwa perubahan iklim telah mengancam masa depan distopia yang benar-benar menakutkan berupa kelaparan dan penderitaan.

JENEWA - Perubahan iklim mengancam masa depan distopia yang benar-benar menakutkan berupa kelaparan dan penderitaan. Hal itu disampaikan oleh kepala hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (HAM PBB), Volker Turk, pada Senin (3/7).

Dalam pernyataannya, Turk juga mengecam para pemimpin dunia karena hanya memikirkan jangka pendek saat menghadapi krisis iklim. Turk mengatakan hal ini dalam debat Dewan Hak Asasi Manusia PBB tentang hak atas pangan bahwa peristiwa cuaca ekstrem memusnahkan tanaman, ternak, dan ekosistem, sehingga mustahil bagi masyarakat untuk membangun kembali dan menghidupi diri mereka sendiri.

"Lebih dari 828 juta orang menghadapi kelaparan pada tahun 2021. Dan perubahan iklim diproyeksikan akan menempatkan hingga 80 juta lebih banyak orang dalam risiko kelaparan pada pertengahan abad ini," kata Turk.

"Lingkungan kita mengalami degradasi. Mengatasi perubahan iklim adalah masalah hak asasi manusia dan masih ada waktu untuk bertindak, namun waktunya adalah sekarang ini," imbuh dia.

Perjanjian Paris 2015 dibuat agar negara-negara setuju untuk membatasi pemanasan global pada jauh di bawah dua derajat Celsius di atas tingkat rata-rata yang diukur antara tahun 1850 dan 1900, dan 1,5 derajat Celsius jika memungkinkan. Suhu rata-rata global pada tahun 2022 adalah 1,15 derajat Celsius di atas rata-rata tahun 1850-1900.

Pada tren saat ini, planet Bumi akan menjadi 2,8C lebih hangat pada akhir abad ini, menurut panel penasehat ilmu iklim IPCC PBB.

"Kita tidak boleh memberikan masa depan kelaparan dan penderitaan ini kepada anak-anak kita, dan anak-anak mereka. Dan kita tidak harus melakukannya," kata Turk. "Kami, generasi dengan alat teknologi paling kuat dalam sejarah, memiliki kapasitas untuk mengubahnya," tegas dia.

Turk mengatakan para pemimpin dunia telah melakukan serangkaian "koreografi" dalam memutuskan dan berjanji untuk bertindak dan kemudian mereka terjebak dalam visi jangka pendek.

Turk juga menyerukan diakhirinya subsidi tidak masuk akal dari industri bahan bakar fosil, dan mengatakan KTT iklim COP 28 di Dubai pada November dan Desember mendatang perlu menjadi pengubah permainan yang menentukan yang sangat kita butuhkan.

Turk pun mendesak agar dunia untuk menghindarigreen-washers(praktik pencitraan palsu dari kampanye penghijauan)serta mereka yang meragukan sains iklim, yang didorong oleh keserakahan mereka sendiri. AFP/I-1

Baca Juga: