JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani, optimistis perekonomian Indonesia pada triwulan III-2022 akan tumbuh lebih tinggi dari triwulan II-2022 yang sebesar 5,4 persen dari periode sama tahun sebelumnya (yoy). Hal itu didukung konsumsi domestik masih cukup kuat meskipun di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada awal September lalu.
"Kuartal ketiga ini kami harapkan momentum pemulihan ekonomi masih akan kuat," ungkap Sri Mulyani dalam Seminar Strategi Capai Ekonomi Kuat dan Berkelanjutan di Tengah Risiko yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat pekan lalu.
Dia menyebutkan ekonomi Indonesia belakangan ini kian tumbuh semakin baik, di mana dalam tiga triwulan berturut berhasil tumbuh di atas 5 persen (yoy).
Pertumbuhan ekonomi yang baik tersebut dimulai dari triwulan IV-2021 yang meningkat sebesar 5,02 persen (yoy), kemudian sebesar 5,01 persen (yoy) pada triwulan I-2022, serta sebesar 5,44 persen (yoy) di triwulan II-2022.
Di triwulan ketiga tahun ini, Sri Mulyani pun melihat perekonomian domestik masih terus pulih, bahkan di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang sebesar 30 persen pada awal September 2022.
"Meski BBM naik, di mana-mana masih macet dan permintaan konsumen serta keyakinannya pun masih sangat kuat," ucap dia.
Maka dari itu, dirinya menilai kondisi tersebut menggambarkan ekonomi Indonesia masih bullish, meski untuk membuat harga komoditas di dalam negeri stabil, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus menjadi peredam kejut atau shock absorber.
Berkat APBN, masyarakat tidak merasakan guncangan yang besar di global lantaran guncangan tersebut diserap oleh kas negara dengan biaya yang sangat besar.
Anggaran Belanja
Terkait realisasi APBN 2022, Menkeu menyebutkan masih ada dana anggaran sekitar 1.200 triliun rupiah yang harus dibelanjakan dalam dua bulan pada akhir tahun ini.
"Ini sangat besar uangnya dan kalau mungkin kami bisa eksekusi semua," ucap Sri Mulyani.
Adapun dana tersebut berasal dari sisa belanja negara yang belum terserap selama Januari hingga September 2022. Untuk diketahui dalam periode tersebut, telah terserap dana senilai 1.913,9 triliun rupiah atau 61,6 persen dari target tahun ini yang sebesar 3.106,4 triliun rupiah.
Dia membeberkan seluruh dana yang harus dibelanjakan tersebut tersebar di seluruh kementerian, lembaga, maupun daerah.
Selain belanja negara di tahun ini, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pun sudah mengalokasikan dana untuk APBN 2023, dengan asumsi yang juga telah ditetapkan, namun dunia bergerak secara luar biasa sehingga asumsi makro dalam APBN pun tidak bisa sesuai dengan yang telah direncanakan.
"Jadi selama pandemi ini kita belajar sangat banyak, APBN dibuat fleksibel dan responsif karena memang begitu banyak kejutan dan perubahan yang terjadi," tuturnya.