Pertemuan Presiden Jokowi dengan enam ketum parpol menunjukkan koalisi pemerintah masih kokoh. Selain itu, pertemuan juga tidak membahas bursa capres di Pemilu 2024.

JAKARTA - Pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan enam ketua umum (ketum) partai koalisi tidak membahas hal-hal bersifat politik praktis seperti bursa calon presiden (capres) pada Pemilu 2024.

"Bahagia sekali, banyak tertawa-tertawa. Makanannya juga enak sekali, ada udangnya, enak sekali," kata Plt Ketua Umum (Ketum) PPP Mardiono di lingkungan Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (2/5) malam, usai pertemuan selama 2,5 jam tersebut.

Mardiono menekankan pertemuan tersebut juga menunjukkan bahwa partai koalisi pemerintah masih kokoh. "Jadi, partai koalisi dengan pemerintah ini semua masih kokoh masih berkomunikasi terus secara intens, kami diundang makan malam dengan Pak Presiden membahas Indonesia, Lebaran, alhamdulillah, kemudian penanganan kemacetan lalu lintas yang baik tak seperti dulu. Alhamdullilah ini yang terbaik," kata dia.

Menurut Mardiono, sejumlah hal dibahas dengan suasana santai namun tetap berorientasi untuk pembangunan Indonesia ke depan.

Salah satu yang dibahas, kata dia, adalah mengenai pentingnya stabilitas politik dan komitmen untuk menjaga pesta demokrasi agar bisa dinikmati oleh masyarakat. Selain itu, kata dia, stabilitas politik harus bisa membawa Indonesia untuk menghadapi berbagai tantangan, termasuk tantangan bonus demografi.

Pertemuan sejak pukul 19.00 WIB hingga 21.30 WIB tersebut dihadiri enam ketum parpol yakni Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketum Golkar Airlangga Hartarto, Ketum Gerindra Prabowo Subianto, Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Ketum PAN Zulkifli Hasan, dan Plt Ketum PPP Mardiono.

Mardiono mengatakan bahwa Ketum Nasdem Surya Paloh tidak hadir dalam pertemuan itu karena sedang berada di luar negeri. "Jadi ya bahasannya tidak terlalu berat, ringan-ringan tetapi yang pasti adalah untuk Indonesia ke depan," kata dia.

Pertemuan antara Jokowi dan jajaran ketum parpol koalisi pemerintah dilakukan secara tertutup. Ketika pertemuan berakhir, Megawati terlebih dahulu meninggalkan Istana Merdeka menggunakan mobil didampingi Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto. Setelah Megawati, kemudian Airlangga dan Muhaimin Iskandar berjalan kaki beriringan meninggalkan Istana.

Bertemu PKB

Sementara itu, Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengisyaratkan partainya saat ini fokus terhadap upaya membangun koalisi besar dari koalisi-koalisi partai yang saat ini sudah terbentuk untuk Pilpres 2024.

"Kami bicara koalisi besar. Jadi, ada KIB (Koalisi Indonesia Bersatu), ada Koalisi KIR (Kebangkitan Indonesia Raya), ada yang lain," kata Airlangga di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu.

Airlangga hadir di Istana Presiden sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian untuk mengikuti rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo guna membahas optimalisasi kebijakan perdagangan karbon.

Airlangga mengibaratkan koalisi partai layaknya sebuah perusahaan yang ingin mendaftarkan diri pada bursa saham. "Seperti perusahaan masuk IPO (penawaran umum perdana), persyaratannya banyak, ada pajaknya harus clearence, harus punya dana, kan gitu; baru bisa listing, baru masuk bursa," selorohnya.

Sementara itu, Rabu siang, Airlangga Hartarto dijadwalkan bertemu Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar di Plataran Senayan, Jakarta.

Airlangga mengatakan partainya bersama PKB akan menjalin komunikasi dengan partai-partai politik lain untuk ikut bergabung dalam wacana pembentukan koalisi besar. "Masing-masing akan terus bergerak dan berkomunikasi dengan partai lain agar masuk dalam koalisi besar," kata Airlangga.

Menurut dia, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) sudah berbicara panjang lebar untuk membentuk koalisi besar, namun dia memandang diperlukan partai politik yang menjadi penggerak dari dua koalisi tersebut.

Sehingga, lanjut dia, Partai Golkar dan PKB bersepakat membangun koalisi inti sebagai motor penggerak untuk menindaklanjuti wacana pembentukan koalisi besar. "Jadi KIB-KKIR ini sudah berbicara panjang lebar, tinggi rendah, dalam, tetapi kita juga putuskan bahwa ini butuh core, butuh inti motor penggerak," ujarnya.

Baca Juga: