TAIPEI - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada Sabtu (20/5) berjanji akan mempertahankan status quo perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan di tengah ketegangan tinggi dengan Tiongkok, yang telah meningkatkan tekanan militer di pulau itu.

Taiwan tidak akan memprovokasi dan tidak akan tunduk pada tekanan Tiongkok, kata Tsai dalam pidatonya di kantor kepresidenan di Taipei pada peringatan ketujuh pemerintahannya.

Tiongkok, yang menganggap Taiwan sebagai miliknya dan mengancam akan membawa pulau itu di bawah kendalinya jika perlu, telah meningkatkan tekanan militer dan diplomatik untuk memaksa pulau itu menerima kedaulatan Tiongkok sejak Tsai menjabat pada 2016.

Beijing telah menolak seruan Tsai untuk negosiasi, menganggapnya sebagai separatis.Tsai telah berulang kali berjanji membela kebebasan dan demokrasi Taiwan.

"Perang bukanlah suatu pilihan. Tidak ada pihak yang dapat mengubah status quo secara sepihak dengan cara yang tidak damai," kata Tsai."Mempertahankan status quo perdamaian dan stabilitas adalah kesepakatan dunia dan Taiwan."

"Meskipun Taiwan dikelilingi oleh risiko, (Taiwan) sama sekali bukan pembuat risiko. Kami adalah manajer risiko yang bertanggung jawab dan Taiwan akan berdiri bersama dengan negara-negara demokrasi dan komunitas di seluruh dunia untuk bersama-sama meredakan risiko tersebut," katanya.

Para pemimpin G7 sepakat akan mencari penyelesaian damai untuk masalah di Taiwan, kata tuan rumah KTT G7 di Hiroshima, kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Jumat (19/5).

Tsai mengatakan, para pejabat Taiwan sedang berdiskusi dengan pemerintahan Presiden AS Joe Biden tentang pengiriman bantuan senjata senilai 500 juta dolar AS ke Taiwan. Bantuan itu dimaksudkan untuk mengatasi pengiriman senjata yang tertunda karena Covid-19.

Dia menekankan pentingnya rantai pasokan Taiwan, yang memproduksi sebagian besar chip semikonduktor canggih dunia, dan berjanji mempertahankan teknologi chip tercanggih serta pusat penelitian dan pengembangan di Taiwan.

Taiwan bersiap untuk penyelenggaraan pemilihan presiden pada pertengahan Januari. Ketegangan dengan Tiongkok menjadi agenda utama kampanye.

Mewakili partai oposisi utama Taiwan Kuomintang (KMT) untuk pemungutan suara kunci pada pertengahan Januari, Walikota New Taipei City Hou Yu-ih mengatakan pada Sabtu, Taiwan menghadapi pilihan antara "perdamaian dan perang" di bawah pemerintahan Tsai dan dia berjanji untuk menjaga stabilitas regional melalui "dialog dan pertukaran" yang tidak ditentukan.

"Ketakutan akan perang tidak akan pernah menghilangkan harapan akan perdamaian," kata Hou pada sebuah acara di Taipei untuk memulai kampanye pemilihannya. Ia berjanji akan membela Republic of China, nama resmi Taiwan.

Hou mencalonkan diri melawan Wapres Taiwan William Lai dari Partai Progresif Demokratik yang berkuasa.

KMT, yang menyukai hubungan dekat dengan Tiongkok, membingkai pemilu 2024 sebagai pilihan antara perang dan perdamaian.

Ditanya tentang sikap oposisi terhadap pemilu, Presiden Tsai mengatakan menjaga perdamaian harus menjadi konsensus bagi semua partai politik di Taiwan, dan seseorang tidak boleh "menjual ketakutan akan perang untuk keuntungan pemilu".

Baca Juga: